Ahad 31 May 2020 08:52 WIB

Usulan AYPI terkait Skenario New Normal di Pendidikan Islam

Pemerintah mengkaji kebijakan new normal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Usulan AYPI terkait Skenario New Normal di Pendidikan Islam. Foto: Ilustrasi Siswa Madrasah
Foto: dok. Republika
Usulan AYPI terkait Skenario New Normal di Pendidikan Islam. Foto: Ilustrasi Siswa Madrasah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI ) memberi beberapa masukan terkait rencana pemerintah yang akan mulai memperkenalkan era kenormalan baru atau new normal. Termasuk dalam dunia pendidikan Islam yang akan juga diterapkan kebijakan dengan konsep new normal.

"Permasalahan mendasar yang masih perlu dipikirkan matang oleh berbagai macam pemangku kebijakan adalah bagaimana merumuskan bentuk pembelajaran di era new normal di mana Covid-19 belum menunjukkan kurva menurun bahkan belum melandai," tutur Ketua Umum AYPI Mirdas Eka Yora melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (29/5).

Baca Juga

Mirdas menyampaikan, AYPI mengusulkan agar dipertimbangkan kebijakan yang lebih fleksibel dan tidak kaku. Menurutnya ada beberapa pilihan terkait proses belajar dan segala hal terkait pembelajaran. Pertama metode pembelajaran yang akan diterapkan bisa melihat situasi wilayah yang mulai diterapkan belajar di era new normal nanti.

Artinya, kalau suatu daerah berisiko tinggi maka masih melanjutkan pembelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) Pemerintah juga perlu melengkapi dengan dukungan kebijakan yang lebih mendukung PJJ. Karena masalah yang muncul saat ini adalah adanya kesenjangan yang besar antara anak-anak perkotaan dengan pedesaan.

"Sangat banyak anak di pedesaan tidak punya kemampuan finansial dan juga kurangnya kemampuan teknologi baik siswa maupun orang tuanya," ucap dia.

Kedua, yakni pembelajaran dalam bentuk Blended Learning. Mirdas mengatakan, salah satu masalah utama yang telah dirasakan selama lebih dua bulan praktek PJJ ini , hanya 30-50 persen saja yang efektif. Sementara sisanya tidak tercapai hasil yang diinginkan.

Di samping kendala para guru yang belum siap dengan PJJ, hampir 60 persen guru ternyata masih gagap teknologi.

"Sehingga solusi yang bisa dilakukan adalah para siswa sebagian pembelajaran dengan PJJ dan sebagian lagi dengan tatap muka tapi menerapkan disiplin protokol Covid-19.

Bisa dilaksanakan seperti di Jepang dua hari ke sekolah sisanya di rumah melalui PJJ," jelas dia.

Mirdas melanjutkan, kebijakan skenario new normal yang terukur, terencana dan terlaksana dengan baik, bisa membantu sekolah-sekolah Islam, terutama swasta untuk bisa terus bernafas melanjutkan perjuangan dan kiprah mereka dalam memajukan dunia pendidikan. Dia mengakui, sudah banyak yang terancam tutup dan tidak sanggup lagi menggaji para guru karena minimnya SPP yang dibayar oleh para wali murid.

"Dan juga sangat penting secara terus-menerus dibangun kesadaran semua pihak untuk menjaga dengan sungguh- sungguh semua langkah-langkah protokol Covid-19," ujarnya.

Menurut Mirdas, hal lain yang tak kalah penting adalah menanamkan dan berkampanye secara intensif tentang pentingnya asupan makanan yang memperkuat daya tahan tubuh melawan Covid-19. Sebab virus ini akan dikalahkan oleh asupan makanan yang sehat bergizi dan sesuai anjuran para ahli medis.

"Misalnya banyak minum air panas, susu panas, vitamin C dan E, telur dan lainnya," tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement