REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG— Perkuat basis pergerakan Ekonomi rakyat yang terdampak Covid-19 Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Barat, gelar road show ke sentral ekonomi rakyat di Kabupaten Garut dan Sumedang, akhir pekan ini.
Dalam kunjungannya di Kabupaten Garut, Ketua DPW PKB Jawa Barat Syaiful Huda didampingi Wakil Ketua DPRD Jawa Barat H Oleh-Soleh, Ketua Komisi II DPRD Jabar Rahmat Hidayat Djati Ketua DPC Kab Garut yang Juga Anggota DPRD Jawa Barat Dadan Hidayatullah dan Wakil Ketua DPRD Garut R Muhammad Romli meninjau peternakan domba cluster di Ponpes Nurul Hidayah Kampung Cibulakan, Desa Cinta Kec Karang tengah, Kab Garut.
Di Kabupaten Sumedang, Kampung Lembang, Desa Pamulihan Kecamatan Pamulihan rombongan meninjau dan berdiskusi dengan kelompok eduwisata dan produsen holtikultura unggulan waida farm yang membudidaya tanaman talas, cecenet,duren dan jeruk serta tanaman holtikultura lainnya.
Syaiful Huda berharap, pondok-pondok pesantren yang mengembangkan basis ekonomi melalui perternakan domba seperti di Garut ini. Konsep ini juga, diterapkan di seluruh pondok pesantren di Jawa Barat. "Kita ingin ini cepat besar dan bisa dicangkok ke pondok-pondok pesantren yang lain," ujar Huda.
Huda mengatakan, soal pentingnya kemandirian ponpes yang harus berdaya dengan mempunyai pengembangan ekonominya masing-masing seperti di ponpes Nurul Hidayah tersebut.
"Contohnya ini, Kang Cepcep. Teman-teman juga minta untuk dikembangkan, Haji Oleh dan Kang Toleng (Rahmat Hudayat Djati) supaya bisa mengembangkan di sleuruh ponpes di Jawa Barat," kata Huda.
Sementara menurut Pengelola Peternakan Domba Amanah Agro Ma'had Nurul Hidayah, Cecep Saepul Milah, inspirasi usaha mandiri beternak domba di pondok pesantrennya berawal dari sunnah Nabi. Diawali dari 20-30 ekor domba pada tahun 2017, saat ini domba-dombanya berkembang hingga 600 ekor.
Pengembangan usahanya dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan beberapa bank dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
"Ponpes Nurul Hidayah mampu menjalin kemitraan, dan pada akhirnya bukan hanya pasarnya yang terjamin bahkan ke depannya mudah-mudahan seluruh ponpes di Jawa Barat bisa berdikari dengan beternak domba," paparnya.
Bahkan saat ini, kata Cecep, Peternakan Domba Amanah Agro Ma'had Nurul Hidayah sudah membuka plasma baru dengan sekitar 20 ponpes di Kabupaten Garut. Kekuatan produksi yang dihasilkan mampu menembus pasar dari wilayah priangan, Jabodetabek sampai ekspor ke Singapore dan Malaysia.
"Ini dikelolanya oleh santri dengan tujuan melatih santri bagaimana agar mereka berdikari. Namun kami memberdayakan masyarakatnya juga agar terjadi sinkronisasi antara santri dengan masyarakat," kata Cecep seraya mengatakan tantangan sekarang adalah, belum bisa memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi. Maka, ia berharap terjadi lagi kemitraan untuk membangun.
Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menjadi pukulan berat bagi petani, terutama dalam pendistribusian hasil panen. Oleh karena itu, Syaiful Huda menilai, butuh penguatan dari pemerintah supaya harga panen tidak jatuh dan bisa memastikan semua hasil panen terjual.
"Nah ini karena pandemi covid, maka selama tiga bulan itu (distribusi) agak bermasalah, penjualan, harga juga demikian. Itu jangka pendeknya. Jangka panjangnya kita ada kebutuhan untuk menguatkan kembali para petani," katanta.
Jadi, kata dia, menyeimbangkan antara kebutuhan laju cepat industri non pertanian, maka pertaniannya harus berjalan sendiri. "Roadshow ini, tadi dari garut menuju Sumedang, saya ngajak teman-teman pimpinan DPRD Provinsi mendorong konsolidasi gerakan ekonomi rakyat," kata Huda.
Dari kunjungan itu, menurut Huda, banyak temuan varian komoditi pertanian yang perlu terus dikembangkan untuk mengejar kualitas produk sebaik mungkin agar nilai jualnya lebih baik. Model pertanian di Kabupaten Sumedang itu sendiri menurutnya akan terus dikembangkan diterapkan ke petani-petani se Jawa Barat. "Khususnya para petani yang selama ini dikawal oleh pondok-pondok pesantren," kata Ketua Komisi X DPR RI ini.
Di Sumedang, kata dia, selain komdositas padi, banyak produk lain yang dihasilkan seperti jenis buah-buahan. Ia berharap nilai jualnya semakin naik, dan pemerintah mendorong ulang paradigma pembangunannya dengan penguatan pertanian.
Terkait soal Vietnam yang telah menghentikan impor berasnya ke Indonesia, menurut Huda, dalam jangka panjang akan berisiko buruk bagi cadangan pangan dalam negeri. Pasalnya, Indonesia belum sepenuhnya bisa melakukan swasembada pangan.
"Karena kita belum bisa swasembada pangan, dan sekarang ini dia (Vietnam) meng-off impornya ke kita karena dia sedang melakukan penguatan cadangan beras untuk negaranya sendiri. Secara jangka panjang ini berisiko bagi kita," katanya.
Maka, kata dia, Presiden Jokowi sejak awal sesungguhnya telah mencoba melakukan antisipasi pemenuhan veras nasional dengan membuka 4 juta hektar lahan pertanian baru. "Intinya penguatan kembali pembangunan di bidang pertanian itu tidak bisa ditunda," katanya.
Dalam jangka panjang, kata dia, negara yang bisa menguasai pangan itulah yang bisa menguasai dunia. Jika Indonesia ingin menjadi negara yang tidak mengalami darurat pangan, maka tidak perlu lagi mengandalkan impor.