Selasa 02 Jun 2020 15:27 WIB

Bintang UFC Ikut Turun Jalan Kecam Kematian George Floyd

Adesanya sangat marah dengan pembunuhan terhadap Floyd karena rasisme.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Akbar
Israel Adesanya
Foto: ufc
Israel Adesanya

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND — Juara kelas menengah UFC, Israel Adesanya bergabung dengan sekelompok bintang olahraga terkemuka untuk mengutuk pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat pekan lalu.

Petarung berusia 30 kelahiran Nigeria namun tinggal di Selandia Baru sejak usia 10 tahun ikut berbicara di kerumunan massa yang berjumlah hampir empat ribu orang.

Mereka melakukan aksi protes di pusat Kota Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, Senin (1/6). Aksi serupa juga terjadi di kota-kota besar di Selandia Baru, termasuk di sekitar gedung parlemen, di Wellington.

Adesanya sangat marah dengan pembunuhan terhadap Floyd karena rasisme. Dalam kesempatan tersebut, ia berbagai pengalamannya bagaimana mengalami perilaku rasis yang membuatnya marah.

"Berapa banyak dari Anda yang masuk ke toko dan harus meletakkan tangan di belakang Anda supaya mereka tidak berpikir Anda mencuri? Berapa banyak dari kalian yang berjalan di jalan dan harus tersenyum dan mencoba membuat orang yang kamu lihat sudah takut padamu, membuat mereka merasa nyaman?" kata Adesanya, dilansir dari AP, Selasa (2/6).

Apa yang disampaikan Adesanya itu merupakan pengalaman pribadinya di tempat tinggalnya. Ia mengatakan bahwa dirinya baru saja pindah ke apartemen dan posisinya berada di lantai paling atas sehingga harus menggunakan lift.

Adesanya mengaku tiga kali orang kulit putih ketakutan ketika berpapasan sehingga memaksa dirinya tersenyum agar mereka tak takut. Mereka takut karena Adesanya berkulit hitam. Maka dari itu, kata Adesanya, ia harus membiarkan mereka berjalan dengan nyaman tanpa ketakutan.

"Setelah ini kita akan berbaris. Tapi kita sudah bicara begitu lama, kita sudah lama berbaris. Tapi ini bukan tentang kita sekarang,” ujarnya dengan emosional mengenag kejadian yang menimpa Floyd.

Ia menyatakan bahwa massa aksi ingin menyampaikan sesuatu yang memuakkan karena kematian Floyd. Ia merasa apa yang dialami Floyd seperti juga sedang mengalaminya yaitu perlakuan rasis yang diterimanya hampir sepanjang waktu.

Ribuan orang di Amerika Serikat dan seluruh dunia turun ke jalan untuk menyampaikan kemarahannya atas kematian Floyd 25 Mei lalu, termasuk kematian orang-orang kulit hitam lainnya oleh polisi.

Floyd yang diborgol meninggal setelah seorang petugas kepolisian berkulit putih di Minneapolis menekan lehernya dengan lututnya sehingga tak bisa bernafas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement