Rabu 03 Jun 2020 14:08 WIB

Qatar Airways Minta Penundaan Pengiriman Pesawat

Qatar Airways diduga mengalami tekanan keuangan serius.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Qatar Airways. Maskapai Qatar Airways meminta adanya penundaan pengiriman pesawat dari Airbus dan Boeing.
Foto: dok. Qatar Airways
Qatar Airways. Maskapai Qatar Airways meminta adanya penundaan pengiriman pesawat dari Airbus dan Boeing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maskapai Qatar Airways meminta adanya penundaan pengiriman pesawat dari Airbus dan Boeing.

Chief Executive Officer Qatar Airways Akbar Al Baker mengatakan, paling tidak penundaan pengiriman pesawat baru dapat dilakukan hingga 2022. "Penting bagi Boeing dan Airbus untuk menunjukkan kepada pelanggan mereka bahwa mereka tidak hanya bersama di saat yang baik, tetapi juga di saat yang buruk," kata Al Baker dikutip dari Aljazeera, Rabu (3/6).

Baca Juga

Al Baker menegaskan jika kedua produsen pesawat terbesar di dunia itu tidak menerima ajuan penundaan tersebut maka kedua perusahaan prodesen pesawat harus bersiap untuk menerima niatan Qatar Airways tidak akan menjadi pelanggan lagi. Pernyataan Al Baker tersebut dinilai sangat menunjukkan tekanan keuangan serius yang tengah dihadapi maskapai.

Tekanan yang tak biasa itu terutama dirasakan maskapai seperti Qatar Airways yang bisnisnya melayani pelancong di seluruh dunia tapi terimbas pandemi Covid-19. Al Baker mengungkapkan tidak mengetahui kapan Qatar Airways akan kembali beroperasi dalam frekuensi penerbangan yang signifikan. Sebab menurutnya, trafik penumpang pesawat akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali normal.

Al Baker juga mengatakan, Qatar Airways sejauh ini terus menggunakan sumber dayanya sendiri. Dia mengatakan jika krisis berlanjut dan membutuhkan dana talangan (bailout), maskapai kemungkinan akan mencari suntikan ekuitas dari pemiliknya yakni Pemerintah Qatar.

Saat ini, maskapai yang sebelumnya dapat menghasilkan puluhan miliar dolar AS dalam suatu waktu harus berubah secara mendadak. Saat ini dikabarkan, maskapai kekurangan uang tunai sehingga meminta penundaan pengiriman pesawat baru.

Saat ini, Qatar Airways memiliki sekitar pesanan pesawat senilai 50 miliar dolar AS terhadap Boeing dan Airbus. Juru bicara Airbus mengatakan saat ini sudah melakukan komunikasi dengan Qatar Airways namun menolak untuk membahas secara spesifik karena alasan kerahasiaan. Begitu juga dengan juru bicara Boeing yang menolak untuk berkomentar.

Pesaing Qatar Airways yakni Emirates Airline juga tidak dapat melakukan pesanan pesawat lagi. Bloomberg melaporkan pada bulan lalu, Emirates Airline yang berbasis di Dubai berusaha untuk membatalkan lima pesanan pesawat Airbus A-380.

Presiden Emirates Airline Tim Clark mengatakan semua pesanan dibatalkan. "Kami sama sekali tidak cukup percaya diri bahwa ekonomi dan arus kas akan menempatkan kami pada posisi yang baik," ungkap Clark.

Sementara itu, Airbus yang berbasis di Toulouse dan Prancis juga sudah mengurangi produksi pesawatnya. Begitupun juga yang dilakukan Boeing yang berbasis di Chicago.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement