REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sholat adalah ibadah yang sangat penting bagi umat Islam, karena amalan yang pertama kali dihisab adalah sholat. Ketika seorang Muslim sedang berada di tempat maksiat, apakah boleh melaksanakan sholat dan bagaimana hukumnya?
Ustaz Galih Maulana, Lc dalam buku Syarat Sah Sholat Mazhab Syafi’i yang diterbitkan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan, makruh hukumnya sholat di tempat yang menjadi tempat berkumpulnya setan atau jin. Hal ini dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Muslim.
عن أبي هريرة قال عرسنا مع نبي الله صلى الله عليه وسلم فلم نستيقظ حتى طلعت الشمس فقال النبي صلى الله عليه وسلم ليأخذ كل رجل برأس راحلته فإن هذا منزل حضرنا فيه الشيطان
Abu Hurairah berkata, "Kami istirahat malam ketika safar bersama Nabi Muhammad SAW, kami tidak bangun di waktu Subuh sampai terbit Matahari. Kemudian Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapkan kendaraan masing-masing untuk perjalanan, sesungguhnya setan-setan hadir di tempat ini." (HR Muslim).
Ustadz Galih menjelaskan, ketika Nabi bangun kesiangan, Nabi SAW tidak segera melaksanakan sholat Subuh. Nabi malah mengajak para sahabat untuk berlalu dari tempat tersebut dengan alasan adanya setan. Ini menunjukan makruhnya sholat di tempat setan hadir dan berkumpul.
Menurutnya, tempat berkumpulnya setan bukan terbatas hanya di tempat angker saja, tetapi juga di tempat-tempat maksiat. Sehingga apabila sholat di tempat tersebut hukumnya makruh.
"Sholat di tempat bersemayam setan hukumnya makruh secara ittifaq. Yaitu seperti tempat jual beli khamr, bar, tempat rawan pungli dan lainnya yang termasuk tempat maksiat." (Al-Majmu' Syarh al-Muhadzab: jilid 3, halaman 162)
Definisi makruh menurut bahasa berarti yang tidak disukai. Makruh adalah pekerjaan yang dituntut untuk ditinggalkan. Ada ulama yang berpendapat makruh adalah perkara yang apabila ditinggalkan mendapatkan pahala dan apabila dikerjakan tidak mendapatkan dosa.