Kamis 11 Jun 2020 01:30 WIB

PSBB Berakhir, Tamu Hotel di Pekanbaru Mulai Berdatangan

Sejumlah hotel yang tutup di Pekanbaru kini mulai beroperasi lagi pasca-PSBB.

Red: Yudha Manggala P Putra
Sebuah hotel tutup sementara akibat wabah COVID-19 di Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (4/4/2020). Sejumlah hotel di Pekanbaru memilih tutup sementara karena berdasarkan data Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Riau, tingkat hunian hotel anjlok tinggal 15 persen karena dampak pandemi COVID-19.
Foto: Antara/FB Anggoro
Sebuah hotel tutup sementara akibat wabah COVID-19 di Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (4/4/2020). Sejumlah hotel di Pekanbaru memilih tutup sementara karena berdasarkan data Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Riau, tingkat hunian hotel anjlok tinggal 15 persen karena dampak pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Bisnis perhotelan di Kota Pekanbaru perlahan kembali berjalan dengan tingkat okupansi atau hunian kamar mulai mengalami sedikit peningkatan. Itu setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Provinsi Riau berakhir pada 28 Mei 2020.

Berdasarkan pantuan Antara di Kota Pekanbaru, Rabu (10/6), sejumlah hotel yang sebelumnya tutup terdampak Covid-19 mulai beroperasi lagi. Hotel-hotel yang kini buka lagi diantaranya Hotel Royal Asnof dan Winstar Hotel. Pengelola hotel menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Seperti di Hotel Grand Zuri Pekanbaru, pengelola hotel menerapkan pengukuran suhu badan di pintu masuk, penyediaan cairan hand sanitizer, penjarakkan (physical distancing) di restoran, lift, dan pegawai wajib mengenakan alat pelindung diri saat bekerja. Kursi-kursi di restoran dikurangi agar tamu bisa mengatur jarak aman. Selain itu, setiap tamu juga diwajibkan mengenakan masker.

“Setelah PSBB bisnis makin baik tapi belum terlalu signifikan. Tamu-tamu setia kami mulai ada yang datang, meski belum signifikan,” kata GM Hotel Grand Zuri Pekanbaru Muhammad Hardi.

Ia mengatakan okupansi hotel tersebut terjun bebas karena dampak pandemi. Dari normal 83 persen merosot di bawah 20 persen. Setelah PSBB berakhir, lanjutnya, tamu-tamu mulai ada lagi sehingga tingkat okupansi merangkak naik berkisar 20-30 persen. Meski begitu, tamu hotel lebih banyak warga lokal Pekanbaru dan daerah terdekat, seperti Kabupaten Bengkalis dan Siak.

Menurut dia, dampak wabah Covid-19 lebih parah ketimbang bencana asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang rutin terjadi di Riau setiap tahun.

“Kalau dampak asap tidak separah wabah virus corona, karena paling hanya beberapa hari terus turun hujan asap hilang. Kalau sekarang ini benar-benar habis, karena tamu-tamu kita mayoritas adalah pemerintah sedangkan sekarang kegiatan pemerintah tidak ada karena pegawai bekerja dari rumah,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua PHRI Riau Nofrizal mengatakan okupansi hotel sejak April sangat rendah, yakni di bawah 10 persen sedangkan biaya operasional sangat tinggi. Pada bulan April, PHRI mendata ada enam hotel yang sudah terkonfirmasi tutup sementara antara lain Hotel Royal Asnof, Prime Park, Amaris, Madina, Oase, dan Winstar Hotel.

Selain itu, Nofrizal mengatakan ada pusat pusat konvensi dan restoran termasuk dalam naungan PHRI juga tutup, yakni Pekanbaru Convention & Exhibition (SKA Co-Ex) dan Sultan Resto. Dari semua hotel, restoran dan pusat konvensi yang ditutup tersebut, ada sekitar 300 pegawai yang terpaksa dirumahkan.

PHRI Riau berharap ada kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah untuk kelangsungan bisnis tersebut dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini. “Untuk pembayaran pajak dan lain lain kita mengharapkan adanya keringanan dan stimulus dari pemerintah,” harapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement