REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), memperkirakan inflasi AS akan melemah 0,8 persen pada 2020. Prediksi tersebut turun signifikan dibandingkan target awal dua persen.
Inflasi AS mulai naik pada akhir 2022 menjadi hanya 1,7 persen. "(Pada titik ini), kita bahkan tidak berpikir untuk memikirkan kenaikan suku bunga," kata Gubernur The Fed, Jerome Powell melalui tautan video setelah akhir pertemuan kebijakan dua hari The Fed, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/6).
Dalam pertemuan tersebut, bank sentral juga mulai membentuk berbagai langkah jangka panjang yang akan digunakan untuk pemulihan ekonomi sekuat mungkin. The Fed berjanji untuk mempertahankan pembelian obligasi, setidaknya pada laju saat ini, yakni sekitar 80 miliar dolar AS per bulan dalam Treasury dan 40 miliar dolar AS per bulan dalam agensi dan sekuritas yang didukung hipotek. Nilai ini mungkin dapat meningkat atau ditambah dengan strategi lain.
Pada pertengahan Maret, The Fed telah memangkas suku bunga acuan menjadi nol persen hingga 0,25 persen. Keputusan tersebut merupakan langkah darurat kedua bank sentral guna mendorong ekonomi di tengah penyebaran virus corona.
Powell mengakui, misi Fed saat ini adalah membawa pasar kerja kembali ke posisi semula seperti akhir tahun lalu, di mana tingkat pengangguran mencapai rekor terendah hingga 3,5 persen. The Fed juga menargetkan akumulasi upah untuk beberapa pekerja bergaji rendah di sektor jasa yang paling menderita selama tekanan akibat pandemi baru-baru ini.
"Sebanyak 20 juta, 24 juta orang, bagaimanapun negara kita harus membuat mereka kembali bekerja. Mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Ini adalah bencana alam," kata Powell.
The Fed memproyeksikan, tingkat pengangguran akan mulai turun menjadi 6,5 persen pada 2021 dan 5,5 persen pada 2022. Meski turun, angka prediksi tersebut masih dua poin persentase dari realisasi akhir tahun lalu.