REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang membidik sejumlah investasi sektor industri dari Amerika Serikat (AS). Sebab, beberapa perusahaan asal Negeri Paman Sam itu akan merelokasi pabriknya dari China akibat dampak perang dagang AS-China yang semakin alot.
“Kami tetap fokus menarik investasi di berbagai sektor industri. Sektor manufaktur yang kami sasar meliputi industri untuk substitusi impor, industri berorientasi ekspor, industri padat karya dan industri produk berbasis teknologi tinggi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat, (12/6).
Guna merealisasikan penanaman modal tersebut, Menperin menyampaikan, kementerian siap memfasilitasi sekaligus menawarkan ketersediaan kawasan industri yang terintegrasi. Hingga saat ini, Indonesia telah mendirikan sebanyak 114 kawasan industri dan berencana mengembangkan 27 kawasan industri lainnya hingga akhir 2024.
Agus pun telah melakukan pertemuan virtual dengan US-ASEAN Business Council. Pada kesempatan itu, ia mengapresiasi para investor AS yang telah berkontribusi dalam penguatan struktur manufaktur di Tanah Air.
“Mereka membuktikan mampu menjadi katalis bagi pertumbuhan sektor-sektor industri baru di Indonesia. Bahkan sampai menyediakan pelatihan, berbagi pengetahuan, dan turut mengembangkan wirausaha di dalam negeri,” ujarnya.
Agus optimistis, AS akan selalu menjadi mitra bisnis perdagangan penting bagi Indonesia. Hal ini ditandai dengan peningkatan investasi dan kerja sama di antara pelaku industri kedua negara.
Sepanjang 2013 sampai 2017, penanaman modal AS di Indonesia diproyeksi telah menyentuh angka 36 miliar dolar AS. “Perusahaan-perusahaan AS yang telah berkontribusi besar di Indonesia, di antaranya perusahaan raksasa teknologi seperti IBM, HP, Microsoft, Facebook, Google dan Apple, yang telah menjadi kunci digitalisasi di Indonesia,” ujar Agus.
Dirinya menambahkan, berbagai perusahaan tersebut turut berkontribusi pada penerapan industri 4.0 di Indonesia. Agus mengemukakan, sedikitnya ada empat isu utama yang sedang menjadi perhatian pemerintah saat ini dalam upaya penanganan Covid-19 dan memulihkan kembali roda perekonomian nasional.
“Yang menjadi key issue adalah pengaruh Covid-19 ke sektor industri, kebijakan selama PSBB, insentif untuk investor. Kemudian program terkait industri dalam menangani Covid-19,” tuturnya.
Pemerintah, kata dia, kini telah memberikan berbagai insentif bagi sektor industri, terutama mereka yang terdampak pandemi Covid-19 agar bisa bergairah kembali. Stimulus itu antara lain relaksasi pajak impor, pajak penghasilan, restitusi pajak pertambahan nilai, serta tunjangan pajak penghasilan untuk perusahaan individu.
“Selain itu, akan ada stimulus tambahan yang sedang dibahas oleh pemerintah. Di antaranya penyesuaian harga energi untuk listrik dan gas, restrukturisasi kredit atau pinjaman, dan ketentuan pinjaman modal kerja,” ujar Agus.
Ia meyakini, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama para investor yang ingin berekspansi atau membangun pabrik barunya. Apalagi, Indonesia dinilai akan mampu menjadi pusat manufaktur di kawasan ASEAN.
“Karena sebagian perusahaan skala besar telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka untuk pasar global,” ujar dia.
Agus menambahkan, daya tarik Indonesia lainnya yakni memiliki pasar sangat besar dan akan menikmati masa bonus demografi hingga 2030.