Selasa 16 Jun 2020 06:41 WIB

Surplus Neraca Dagang Akibat Impor Turun Sudah Diprediksi

Selama masih terjadi pandemi covid-19, neraca perdagangan berpotensi tetap surplus.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas ekspor impor
Foto: AP Photo/Ben Margot
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei mengalami surplus sebesar 2,09 miliar dolar AS. Hanya saja surplus itu terjadi karena kinerja ekspor maupun impor menurun, masing-masing turun sebanyak 28,95 persen dan 42,20 persen jika dibandingkan Mei tahun lalu.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, surplus perdagangan sudah diperkirakan bukan karena membaiknya ekspor. Melainkan disebabkan penurunan impor yang jauh lebih dalam ketimbang penurunan Ekspor.

"Selama masih terjadi pandemi covid-19 yang membatasi perekonomian global Dan domestik, neraca perdagangan berpotensi tetap surplus. Perlambatan ekonomi global dan juga domestik Akan mengakibatkan perlambatan ekspor dan impor, perlambatan impor akan lebih besar sehingga terjadi surplus," jelas Piter kepada Republika.co.id pada Senin (15/6).

Kondisi tersebut, kata dia, jelas tidak ideal. "Kita menginginkan surplus yang didorong oleh meningkatnya ekspor," tegas dia.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, surplus perdagangan pada Mei perlu dicermati lebih mendalam. Sebab surplus muncul bukan karena peningkatan ekspor, namun akibat penurunan impor yang lebih dalam. 

"Ini mengkhawatirkan untuk pertumbuhan ekonomi ke depannya, karena sekitar 75 peren dari total impor Indonesia merupakan bahan baku atau penolong yang merupakan input bagi produksi domestik. Adapun sepanjang periode Januari sampai Mei 2020 impor bahan baku turun pula 15,28 persen year on year (yoy)," jelas Riefky saat dihubungi Republika.co.id.

Dampak penurunan impor ke depannya bisa menjadi menghambat produksi dan ekspor di beberapa kuartal mendatang sehinhga bakal menghambat pertumbuhan ekonomi. "Jadi walaupun trade surplus berdampak positif pada perhitungan pertumbuhan ekonomi karena naiknya net ekspor, namun ini hanya sesaat karena dampak negatif dari turunnya impor ini baru akan terealisasi pada periode mendatang," tuturnya.

Di sisi lain, sambungnya, kondisi ini mencerminkan keadaan perekonomian global. Seperti diketahui, berbagai negara lainnya juga mengalami kondisi serupa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement