REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Prodi Kimia Universitas Islam Indonesia, Prof Is Fatimah, dinobatkan sebagai satu dari 500 peneliti terbaik Indonesia versi Science and Technology Index (Sinta). Penobatan dilakukan Menteri Ristek dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.
Is yang saat ini merupakan Ketua Jurusan Kimia UII, berada di peringkat 180 peneliti terbaik. Raihan ini sekaligus menunjukkan komitmen UII dalam rangka pengembangan riset di Indonesia.
Ia menerangkan, faktor yang dinilai seperti jumlah paper diterbitkan, jumlah paper disitasi, dan h-index. Pemeringkatan Sinta dilakukan tiap tahun mulai dari perangkingan sepanjang tahun sampai perangkingan per tiga tahun. "Kebetulan, di kedua kategori tersebut masuk ke dalam 200 besar," kata Is.
Is mengaku tidak memiliki trik tertentu. Ia merasa mendapatkan prestasi ini karena menyukai penelitian, menulis karya ilmiah, dan mahasiswa-mahasiswinya justru diakui sebagai salah satu alasannya terus bersemangat.
"Menyukai penelitian, dan menulis karya ilmiah adalah hobi saya sejak ketika masuk UII. Di samping itu, laboratorium dan grup riset kami didukung para mahasiswa yang bersemangat dalam penelitian," ujar Is.
Ia membenarkan, mencapai prestasi ini dan mempertahankannya jelas tidak mudah. Karenanya, Is belum merasa puas dan berharap bisa terus memperbaiki kualitas dan manfaat penelitiannya untuk masyarakat luas.
Tidak hanya mengejar kuantitas, Is ingin kualitas dan kebermanfaatannya jauh lebih luas. Bahkan, ia bermimpi suatu saat dapat membiayai laboratorium grup riset sendiri, sehingga dapat mendukung lebih banyak mahasiswa S1, S2 atau bahkan S3 nantinya.
Ia mengajak akademisi-akademisi di UII dapat lebih berkontribusi lagi dalam penelitian. Is berharap, setiap dosen memahami perannya sebagai cendekiawan yang berkewajiban menyebarkan manfaat, berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
"Melakukan penelitian, menulis, adalah aktivitas yang sudah semestinya dilakukan dengan maksud tersebut," kata Is.