REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Maybor Stanislas sebelumnya merupakan uskup asal Burundi yang berusia 30 tahun. Dilansir di Saudi Gazette, dia tidak pernah membayangkan akan meninggalkan agama Kristen dan pindah ke agama lain.
Tetapi seperti yang ditakdirkan, hari ini ia tidak hanya memeluk Islam tetapi juga bekerja sebagai pendakwah. Sebelumnya, dia merupakan uskup, wakil gereja di delapan provinsi di negaranya dan mengawasi puluhan pendeta.
Stanislas adalah seorang Kristen yang obsesif yang membenci Islam dan percaya agama Kristen adalah satu-satunya agama yang benar. Tetapi, pada 2013 dia melihat cahaya dan kembali. Hari ini sebagai seorang dai, dia membantu membawa ribuan orang memeluk Islam.
Mualafnya Stanislas adalah suatu kebetulan ketika perubahan hatinya terjadi setelah ia menghadiri debat tentang Kristen dan Islam. Bbahkan sebelumnya dia tidak memiliki niat untuk hadir.
Namun, debat pertama ini membuatnya mengikuti beberapa debat lainnya. Namun, pembelaan kristen sebagai satu-satunya agama yang benar untuk menjamin kebahagiaan manusia di bumi dan Isa Almasih adalah satu-satunya penyelamat manusia dan utusan Surga, mulai memunculkan keraguan dalam dirinya.
"Alih-alih membujuk saya, saya menemukan diri saya diyakinkan oleh ayat-ayat Alquran, teks-teks dari Alkitab yang menyangkal keilahian Isa dan bahwa ia adalah Anak Allah, dan menegaskan ia adalah manusia," kata Stanislas berbagi kisah tentang pertaubatannya ke dalam Islam.
Ada banyak perdebatan antara dia dan sekelompok Muslim. Dia dan rekan-rekan dari agama sebelumnya tidak dapat meyakinkan mereka dengan apa yang mereka yakini, tetapi dia mendapati dirinya percaya pada Alquran dan Islam adalah agama terakhir.
"Saya mendapati apa yang saya yakini itu salah dan apa yang saya ajarkan kepada para imam dan guru itu tidak benar. Apa yang telah kami pelajari dari gereja adalah slogan yang tidak berdasar, yang membuat saya masuk Islam, dan saya mengubah nama saya dari Mebor Stanislas ke Maybor Abdullah," kata dia.
Abdullah merasakan kedamaian dan kebahagiaan besar setelah pertaubatan meskipun dilecehkan oleh gereja. Dia tetap berpegang teguh.
"Gereja mulai melecehkan saya. Mereka menarik hak finansial yang saya terima setiap bulan. Saya diusir dari rumah tempat saya tinggal, dan mereka mencoba mencemarkan nama baik reputasi saya. Tidak berhenti di situ, dengan dinas keamanan menuduh saya terinfeksi roh-roh jahat karena kepindahan saya ke Islam, yang membuat saya pindah ke provinsi lain, dan di provinsi Muyinga saya menjadi penganut Islam dan belajar ilmu pengetahuan," ujar dia.
Dia belajar Islam di provinsi Gitega, ibu kota kedua Burundi, dan Ruhrur Muyinga. Dia menghabiskan enam bulan di sekolah Zawiyeh dan sejak itu dia bergabung dengan sekolah dan menerapkan apa yang dia pelajari dalam praktik.
"Setelah belajar banyak tentang ilmu Islam selama periode ini, saya mulai mengundang orang-orang Kristen di delapan provinsi yang berafiliasi dengan gereja, yang saya wakili. Dan syukurlah saya telah membantu ribuan orang-orang yang insaf di Gitega dalam setahun terakhir, " ujar dia.
Pada 2017 kemudian dia diberitahu untuk menjalankan ibadah haji atas undangan Kerajaan Arab Saudi. Dia merasa sangat gembira dan bertanya-tanya kebenarannya. "Apakah benar, apa yang saya dengar? Apakah Tuhan memanggil saya untuk haji dengan cara ini meskipun saya tidak mampu membayarnya? Banyak pertanyaan yang ada dalam pikiran saya, sampai saya ingat kata-kata kebenaran," kata dia.
Sumber: https://saudigazette.com.sa/article/516403