Jumat 19 Jun 2020 04:50 WIB

Makam Sultan Banten Selalu Bersandingan Dengan Ulama

Kompleks pemakaman Sultan Banten bersandingan dengan ulama.

Rep: Alkhaledi kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
Makam Sultan Banten Selalu Bersandingan Dengan Ulama. Foto ilustrasi: Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di tempat ziarah Kompleks Makam Kesultanan Banten di Serang, Banten, Rabu (18/3/2020). .
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Makam Sultan Banten Selalu Bersandingan Dengan Ulama. Foto ilustrasi: Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di tempat ziarah Kompleks Makam Kesultanan Banten di Serang, Banten, Rabu (18/3/2020). .

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Kesultanan Banten tercatat dalam sejarah menjadi kerajaan yang disegani, tidak hanya di tataran nusantara tapi juga di dunia internasional. Kerajaan yang didirikan pada 1552 oleh Sultan Maulana Hasanuddin ini bahkan mampu berjaya hampir tiga abad lamanya.

Banyak ahli sejarah hingga kini masih mempelajari setiap inchi jejak sejarah kesultanan Banten, dari rahasia keberhasilannya hingga alasan kejatuhannya. Namun ada sisi unik lain yang sejarawan ungkap dari penggalan sejarah kesultanan, yakni terkait bagaimana para Sultan dimakamkan.

Baca Juga

Arkeolog yang juga kandidat doktor arkeologi Universitas Indonesia, Ghilman Assilmi menyebut adat dan kebiasaan sorang Sultan atau raja dimakamkan berbeda-beda di setiap daerah. Kebiasaan para Sultan di Banten yang dimakamkan bersandingan dengan ulama atau guru mengaji Sultan sendiri menjadi hal yang unik.

"Ada tiga kompleks besar pemakaman sultan, yaitu pemakaman Maulana Hasanuddin di pusat kesultanan, Sultan Maulana Yusuf di Kasunyatan dan Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir di Kenari. Maulana Yusuf dimakamkan jauh dari Surosowan (pusat kesultanan) tapi malah di Kasunyatan karena di situ dimakamkan juga guru agamanya," jelas Ghilman Assilmi saat menjadi pembicara di diskusi daring arkeologi Alquran di nusantara beberapa waktu lalu.