Rabu 24 Jun 2020 19:45 WIB

Pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya Tersisa Satu Orang

PSBB di kota Tasikmalaya masih akan berlaku hingga 26 Juni.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah santri menunggu rapid test di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Sejumlah santri menunggu rapid test di Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat tinggal satu pasien positif Covid-19 yang masih dirawat di rumah sakit hingga Rabu (24/6). Kondisi itu menjadi sinyal baik pandemi Covid-19 di Kota Tasikmalaya mulai terkendali.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, dari total 50 kasus konfirmasi positif Covid-19, baik melalui tes swab maupun uji cepat (rapid test), 46 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh atau negatif. Hanya satu orang yang masih menjalani perawatan, sementara tiga orang dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, kondisi itu menjadi kabar gembira. Sebab, kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya dianggap sudah terkendali. 

Kendati demikian, ia meminta warga tak cepat berpuas diri. "Warga harus tetap menjaga protokol kesehatan. Jangan lupa pakai masker, rajin cuci tangan, selalu menajag jarak, dan menghindari kerumunan," kata dia, Rabu (24/6).

Menurut Uus, semua pihak harus tetap wajib mematuhi protokol kesehatan, sehingga tak terjadi gelombang kedua penyebaran Covid-19 di Kota Tasikmalaya. Dengan begitu, grafik kasus Covid-19 yang terus melandai dapat dipertahankan.

Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayahnya masih akan berlaku hingga 26 Juni. Karena itu, ia meminta masyarakat terus mematuhi aturan yang berlaku selama penerapan PSBB.

Menurut dia, pelangggaran yang paling banyak dilakukan masyarakat saat ini adalah tak menggunakan masker saat keluar rumah. "Untuk mereka yang tak pakai masker, kita beri sanksi sosial menyapu tempat umum dengan menggubakan rompi pelanggar PSBB," kata dia. 

Budi mengatakan, sanksi tak hanya diberikan kepada masyarakat yang melanggar. Ia menyebutkan, sudah ada beberapa rumah makan dan kafe yang ditutup karena setelah beberapa ditegur tetap tak menerapkan protokol kesehatan.

Menurut dia, dalam situasi pandemi seperti saat ini, yang paling utama adalah disiplin protokol kesehatan. Ia berharap adanya kesadaran kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan.

"Alhamdulillah kita sudah zona biru. Ini harus dijaga agar tidak terjadi gelombang kedua akibat kelalaian kita sendiri. Kita juga tak mau kecolongan," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement