Senin 20 Jul 2020 20:43 WIB

Konservasi Bisa Jadi Daya Tarik Pariwisata

Melihat satwa di habitat sendiri (konservasi) memiliki daya tarik tersendiri.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Melihat satwa di habitat sendiri (konservasi) memiliki daya tarik tersendiri (Foto: ilustrasi wisata konservasi)
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Melihat satwa di habitat sendiri (konservasi) memiliki daya tarik tersendiri (Foto: ilustrasi wisata konservasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pariwisata membutuhkan daya tarik berkualitas untuk mendatangkan banyak pelancong. Selain itu, kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi juga kian mengemuka.

Pendiri organisasi nirlaba Indonesian Ecotourism Network (Indecon) Ary Suhandi mengatakan, pariwisata dan konservasi sangat terkait erat. Butuh keseimbangan untuk membuat keduanya saling melengkapi.

Baca Juga

"Pariwisata termasuk penyumbang devisa dan berpotensi sebagai mekanisme pendanaan konservasi jika dikelola dengan baik," kata Ary pada webinar "Being an Eco Traveler" besutan LSPR dan EcoNusa, akhir pekan lalu.

Pria yang berkiprah di dunia ekowisata sejak 1987 itu menjelaskan, di satu sisi, konservasi pun bisa menjadi daya tarik pariwisata. Bagi banyak orang, melihat satwa di habitat aslinya merupakan sebuah kemewahan tersendiri.

Begitu pula menyaksikan pelestarian budaya dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat yang melakoni berbagai ritual itu secara turun-temurun. Tidak sedikit pelancong yang memang mengincar pengalaman demikian.

Vice Chair Asian Ecotourism Network di Bangkok itu mengatakan, perkembangan ekowisata di Indonesia cukup bagus, akan tetapi masih menghadapi sejumlah tantangan. Bagi Ary, tantangan terbesar adalah mengubah cara pandang masyarakat.

Dia mencontohkan, sebagian pelancong menganggap destinasi ekowisata tertentu kurang menarik karena aksesnya yang susah. Padahal, itu justru bisa menjadi daya tarik untuk pencinta wisata petualangan dan wisata alam.

Cara pandang demikian yang pelan-pelan perlu dilakukan pendekatan. Akses memang menjadi salah satu faktor penting, tetapi tergantung bagaimana pengelola tempat wisata mengemas daya tarik daerahnya.

"Tantangannya memang pembangunan sumber daya manusia, supaya tidak hanya berorientasi ekonomi, tetap menyeimbangkan dengan ekologi. Kuncinya, sisi konservasi dimanfaatkan secara lestari," ujar Ary.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement