Selasa 21 Jul 2020 05:59 WIB

IB: Satu Anak Satu Kurikulum adalah Keniscayaan

Kurikulum harus didedikasikan demi kepentingan eksplorasi diri murid.

Red: Irwan Kelana
Indonesia Bermutu menggelar Sawala Nasional tentang satu anak satu kurikulum, Ahad (19/7).
Foto: Dok IB
Indonesia Bermutu menggelar Sawala Nasional tentang satu anak satu kurikulum, Ahad (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Indonesia Bermutu (IB) kembali menggelar sawala nasional pada Ahad (19/7). Sawala kali ini diikuti para guru, dosen, dan pelaku pendidikan dari 22 provinsi. 

Acara yang digelar secara online itu mengupas tema tentang satu anak satu kurikulum. Adapun nara sumbernya Deni Hadiana, pendiri IB;  Zulfikri Anas, praktisi kurikulum kehidupan, dan Harry Firman, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Harry Firman menenggarai gagasan satu anak satu kurikulum sejalan dengan pemikiran humanistik Ki Hajar Dewantara, yang memposisikan pendidikan sebagai “penuntun”, bukan sebagai cetak-biru untuk masa depan anak. Harry menambahkan, landasan gagasan ini antara lain hakikat manusia yang memiliki kodrat dan fitrahnya masing- masing, serta tujuan mulia pendidikan untuk membimbing manusia menjadi pribadi merdeka dan mandiri. 

“Kurikulum harus didedikasikan demi kepentingan eksplorasi diri murid untuk menemukan jatidiri dan potensinya sendiri melalui proses pembelajaran dan interaksinya dalam ekosistem sekolah. Oleh karena itu, hendaknya pembuat kebijakan, pengelola, dan praktisi pendidikan untuk senantiasa menghindari treatment seragam kepada semua murid, yang pada dasarnya mendehumanisasi. Sebab, hal ini  tidak sesuai dengan kodrat dan fitrah manusia,” ungkap Harry saat membacakan refleksi akhir Sawala seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.