Kamis 23 Jul 2020 16:00 WIB

Anggota DPRD Desak Walkot Setop CFD Bekasi

CFD dinilai sudah menjadi salah satu indikator penyebaran Covid-19.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah warga memadati area Car Free Day (CFD) Bekasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/7). CFD tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan  seperti pengecekan suhu tubuh, penyemprotan pembersih tangan, penyemprotan disinfektan dan bagi anak dibawah umur lima tahun dilarang masuk ke area CFD. Namun aktifitas jarak fisik masih sulit diterapkan pada gelaran tersebut akibat pergerakan warga yang masif.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sejumlah warga memadati area Car Free Day (CFD) Bekasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/7). CFD tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan seperti pengecekan suhu tubuh, penyemprotan pembersih tangan, penyemprotan disinfektan dan bagi anak dibawah umur lima tahun dilarang masuk ke area CFD. Namun aktifitas jarak fisik masih sulit diterapkan pada gelaran tersebut akibat pergerakan warga yang masif.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sikap Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi yang masih akan melanjutkan kegiatan Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Bekasi menuai kritik. Hal ini menyusul ditemukannya 2 kasus positif yang baru-baru ini diumumkan dari hasil rapid test acak pada Ahad (19/7) lalu.

"Itu (CFD) harusnya dihentikan sampai vaksin ada," kata Nicodemus Godjang, Anggota DPRD Kota Bekasi, saat dihubungi Republika, Kamis (23/7).

Politisi PDIP ini mengatakan CFD sudah menjadi salah satu indikator penyebaran Covid-19. Untuk itu, dia menyarankan seharusnya seluruh kegiatan yang menghadirkan massa agar ditiadakan.

"Harus (dihentikan). Dan Pemkot konsentrasi memutus rantai Covid-19," ujar dia.

Kendati kasus Covid-19 yang ditemukan baru ada dua dari 118 spesimen, namun itu seharusnya sudah bisa menjadi acuan untuk segera menghentikan kegiatan CFD. "Enggak ada tolok ukur. CFD (digelar) karena memang kegiatan rutin yang dilanjutkan saja," kata dia menambahkan.

Sebelumnya, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan belum ada niat untuk menghentikan kegiatan CFD. Sebab menurutnya, warga yang positif, potensinya adalah menjadi klaster keluarga. Sehingga, yang ia fokuskan adalah melacak kontak keluarganya terlebih dahulu.

"Jadi kalau ada sesuatu itu bukan warungnya, bukan rumahnya bukan institusinya. Yang (ketahuan positif) itu kita cabut, kita tracking, nah itu yang benar. (Kalau ketemu kasus) di pasar bukan pasarnya yang ditutup penyakitnya yang dicari," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement