REPUBLIKA.CO.ID, NEW HAMPSHIRE -- Seorang ahli fisioterapi di New Hampshire, Amerika Serikat, Julia Henry, mengatakan, butuh waktu berbulan-bulan bagi dirinya untuk bisa sembuh dari Covid-19. Padahal, anak dan suaminya sudah pulih dalam waktu satu hingga dua pekan.
Ibu berusia 40 tahun itu mulai merasakan sakit dan batuk kering pada akhir Maret. Ia membutuhkan waktu hingga dua bulan untuk dinyatakan pulih dari Covid-19.
"Selama lebih dari dua bulan, saya tidak bisa melakukan banyak hal," kata Henry dilansir dari Health 24, Senin (27/7).
Setelah tiga bulan, menurut Henry, akhirnya ia mulai kuat melakukan hal-hal normal sehari-hari. Setidaknya, ia sudah bisa bermain dengan anak-anak atau memasak makan malam untuk keluarga.
Henry merasa, pemulihannya dari Covid-19 berbeda dengan yang lain. Sebagaimana laporan WHO, mereka yang terinfeksi covid-19 dengan kategori ringan dapat pulih dalam dua pekan, sedangkan mereka dengan kasus yang lebih parah membutuhkan waktu hingga enam minggu untuk bisa pulih.
Mereka yang membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh mengaku memiliki gejala menetap, mulai dari masalah ringan, seperti kehilangan kemampuan indra pengecap atau indra penciuman, hingga yang gangguan yang lebih serius, seperti jantung berdebar, nyeri dada, sesak napas, kelelahan ekstrem, kesulitan kognitif, atau demam yang berulang. Masih belum diketahui apakah gejala-gejala ini akhirnya akan sembuh atau apakah justru menandakan kerusakan permanen dari virus.
"Sudah enam bulan sejak virus terdeteksi di China, jadi tidak ada yang bisa memberi tahu kita dengan pasti apakah ini adalah komplikasi jangka pendek atau jangka panjang," kata ahli jantung di New York City, Dr Samer Kottiech.
Sebanyak 90 persen pasien yang berkosultasi setelah infeksi Covid-19 mengalami gejala yang berkepanjangan. Contohnya, mereka yang terinfeksi pada Maret mengaku belum pulih sepenuhnya.
Kottiech pun masih merasa belum sepenuhnya pulih. Dia terinfeksi bulan Maret.
"Masalah terbesarnya ialah kapasitas paru saya menurun, saya dulu sangat aktif tetapi sekarang tidak sanggup berolahraga seperti dulu," kata Kottiech.
Kepala Neurologi Klinis di National Institues of Health's Instutite for Neurological Disorders and Stroke Dr Avindra Nath mengatakan, saat ini ia belum bisa menyimpulkan mengenai kondisi tersebut mengingat keterbatasan data mengenai kondisi tersebut. Namun, dia meyakini beberapa hal dapat terjadi sehingga orang sulit sembuh sempurna dari Covid-19.
Pasien Covid-19 tersebut, menurut Nath, kemungkinan sebelumnya telah memiliki kondisi gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung atau diabetes yang tidak disadari sebelum terinfeksi virus corona. Selain itu, bisa jadi virus atau sistem kekebalan tubuhlah yang menyebabkan kondisi demikian.
Kemungkinan lainnya, menurut Nath, pasien mungkin mengalami sesuatu yang disebut sindrom kelelahan pasca-infeksi. Kondisi seperti ini juga dilaporkan pada beberapa pasien yang terinfeksi virus corona lain, seperti SARS dan MERS.
"Apa yang kita ketahui dari infeksi virus lainnya adalah bahwa mereka dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berlangsung selama bertahun-tahun," kata Nath.
Nath sedang mempersiapkan studi penelitian terhadap sistem kekebalan tubuh orang-orang yang tidak sepenuhnya pulih dari Covid-19.Namun, dia menyerukan agar orang tak berasumsi bahwa mereka akan terus sakit bertahun-tahun.
"Mereka akan berangsur pulih," ungkap Nath yang sedang bersiap untuk merekrut pasien untuk penelitian terkait sistem imun pada orang yang belum sepenuhnya pulih dari gejala sisa Covid-19.