REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG - Kopi luwak liar yang diproduksi di Desa Nguter, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki cita rasa tinggi karena merupakan kopi spesial kelas premium sehingga cita rasanya sangat lembut dan ramah di lambung.
"Kopi luwak merupakan salah satu kopi yang paling populer dari Indonesia dan kopi itu dianggap sebagai kopi termahal karena kelangkaannya dan rasanya yang eksotis," kata salah satu produsen kopi luwak liar Rival Muzaqi di Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Rabu (29/7)
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah yang memiliki aneka keragaman, salah satunya potensi pangan lokal jenis kopi dan sebagian wilayah di Lumajang memiliki areal perkebunan kopi yang sangat berpotensi, seperti wilayah Kecamatan Pasrujambe, Senduro, Gucialit, dan Tempursari.
Adapun jenis kopi terbaik yang dihasilkan dari tanah yang subur di lembah Gunung Semeru, Lumajang, adalah kopi robusta, kopi arabika, kopi ekselsa/kopi nangka, dan kopi luwak liar yang produksinya terbatas.
"Saya mulai usaha produksi kopi luwak liar tahun 2015. Awalnya para petani kopi di Lumajang mengeluhkan adanya hama kopi seperti luwak, karena buah kopi sering dimakan oleh hewan luwak sehingga hasil panennya menjadi menurun," tuturnya.
Berawal dari kejadian tersebut, Rival mempunyai gagasan untuk memanfaatkan kotoran luwak agar dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan karena kopi luwak liar memiliki harga yang mahal.
Ia mengatakan faktor lain yang membuat kopi luwak terkenal adalah proses pembuatannya yang alami. Berawal dari biji kopi yang dimakan hewan sejenis musang bernama luwak dan setelah mencernanya, luwak kemudian mengeluarkan biji kopi bersama kotorannya.
"Harga kopi luwak liar itu memang mahal karena proses mengolahnya membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup panjang, namun prospek bisnisnya cukup menjanjikan," kata Rival.
Rival memberdayakan sejumlah warga yang ada di sekitar perkebunan kopi untuk mengumpulkan kotoran luwak dan setelah kering, kotoran luwak yang didalamnya ada biji kopidibelinya.
"Setiap harinya jumlah produksi kopi luwak liar yang dihasilkannya sekitar lima bungkus yang dikemas dengan berat 200 gram, yang kemudian dijual dengan harga sekitarRp130.000 per bungkus," tambahnya.
Ia menjelaskan pemasaran produk kopi luwak liar Kabupaten Lumajang telah dapat memenuhi permintaan dari dalam maupun luar daerah, bahkan hingga luar negeri, seperti Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Qatar, dan Jepang.
"Produk kopi luwak liar kami sudah sampai luar negeri karena banyak rekan dan teman yang bekerja sebagai pekerja migran Indonesia dan saat kembali berangkat ke luar negeri membawa produk kopi kami untuk dijual di negara tempat mereka bekerja," ujarnya.
Ke depan, ia berharap pemerintah memberikan dukungan kepada UMKM yang mengelola produk lokal daerah dengan memfasilitasi maupun program pendampingan sehingga dapat mengangkat potensi yang ada di Kabupaten Lumajang.
"Kami juga berharap pemerintah daerah juga membantu untuk melestarikan populasi hewan luwak di Lumajang, dengan membuat peraturan yang melarang perburuan liar sehingga ekosistem dapat selalu terjaga dengan baik," katanya.