Sabtu 01 Aug 2020 12:51 WIB

BMKG Jelaskan Alasan Suhu Yogyakarta Sangat Dingin

Suhu dingin di Yogyakarta merupakan dampak bertiupnya angin dari Australia

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Suhu dingin di Yogyakarta merupakan dampak bertiupnya angin dari Australia. Ilustrasi.
Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
Suhu dingin di Yogyakarta merupakan dampak bertiupnya angin dari Australia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan suhu udara di Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa hari terakhir mencapai titik terendah 17 derajat Celsius. Keterangan ini disampaikan Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum.

"Dalam dua sampai tiga hari ini, suhu minimum di malam hingga pagi hari mencapai 17-19 derajat Celsius atau cukup dingin," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Baca Juga

Etik menjelaskan suhu dingin dan kering yang dirasakan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini merupakan dampak dari intrusi atau bertiupnya angin yang berasal dari Australia atau monsoon dingin Australia.

"Intrusi angin dingin yang berasal dari Australia ini berdampak pada temperatur yang terasa dingin terutama di wilayah bagian selatan Indonesia termasuk Yogyakarta," kata dia.

Intrusi angin dingin Australia ini di samping dingin juga bersifat kering dengan kandungan uap air yang sangat rendah sehingga pertumbuhan awan saat ini juga sangat kecil terjadi. Kurangnya tutupan atau pembentukan awan berdampak pada radiasi balik bumi ke atmosfer dengan cepat keluar dari bumi. Akibatnya temperatur di bumi menjadi cepat dingin.

Menurut Etik, temperatur dingin ini mengindikasikan pula bahwa wilayah DIY akan memasuki puncak musim kemarau. "Temperatur dingin dan kering ini masih berpotensi muncul hingga puncak musim kemarau berlangsung," kata dia.

Puncak musim kemarau di DIY diperkirakan akan terjadi pada Agustus 2020. Etik mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan, menghindari keluar malam jika tidak perlu, menggunakan jaket saat sedang bepergian, menggunakan masker, banyak minum air, serta makan makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuh.

"Masyarakat juga kami harapkan mulai berhemat air. Jangan membakar sampah sembarangan untuk menghindari kebakaran. Petani agar menjaga pola dan jenis tanaman yang sesuai dengan iklim kemarau untuk menghindari gagal panen," kata Etik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement