Senin 03 Aug 2020 08:57 WIB

8 Penyebab Nyeri Tenggorokan, Termasuk Covid-19

Nyeri tenggorokan juga kerap dikaitkan sebagai salah satu gejala Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Sakit tenggorokan/ilustrasi. Nyeri tenggorokan merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi.
Foto: vocaleze.com
Sakit tenggorokan/ilustrasi. Nyeri tenggorokan merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nyeri tenggorokan merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi. Nyeri tenggorokan juga kerap dikaitkan sebagai salah satu gejala Covid-19 yang sedang menjadi pandemi saat ini.

Akan tetapi, nyeri tenggorokan tidak selalu disebabkan oleh infeksi virus corona tipe baru, SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19. Ada beragam hal lain yang juga bisa menyebabkan terjadinya nyeri tenggorokan. Berikut adalah delapan penyebab nyeri tenggorokan, seperti dilansir Men's Health.

Baca Juga

1. Pilek

Pilek merupakan penyebab paling umum terjadinya nyeri tenggorokan atau faringitis. Tenggorokan yang terasa gatal sering kali menjadi gejala pertama yang muncul dari pilek. Gejala ini kemudian diikuti oleh keluarnya ingus, bersin, batuk, dan kelelahan.

Seseorang biasanya bisa pulih dari pilek dalam waktu beberapa hari. Beberapa obat seperti ibuprofen dan asetaminofen dan bahkan teh hangat dapat membantu meredakan rasa terbakar pada tenggorokan ketika pilek.

"Menjaga kebersihan tangan yang baik, membatasi kontak dengan orang yang sakit, dan menjaga sistem imun sekuat mungkin dengan olahraga, asupan sayur yang banyak, merawat diri dengan baik untuk mengurangi stres," ungkap Joseph A Ladapo MD PhD terkait upaya pencegahan pilek.

2. Flu

Flu sering kali dianggap sama seperti pilek biasa atau common cold. Padahal, keduanya adalah masalah yang berbeda. Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza.

Penderita flu bisa merasakan beragam gejala, seperti tenggorokan terbakar, demam, panas-dingin, hidung tersumbat, sakit kepala, serta perasaan tidak enak badan. Penderita flu juga biasanya bisa membaik dalam hitungan hari dengan istirahat yang cukup, obat pereda nyeri, seperti Tylenol atau Advil dan bahkan semangkuk sup ayam hangat.

Bila nyeri tenggorokan atau gejala lainnya terasa memburuk atau berlangsung lebih dari dua pekan, penderita flu disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Misalnya, nyeri tenggorokan disertai dengan demam 38 derajat Celcius atau lebih tinggi, panas-dingin atau nyeri di badan, kesulitan mengunyah atau menelan atau nyeri di leher.

3. Strep throat

Strep throat atau infeksi tenggorkan yang disebabkan oleh kelompok bakteri bernama A Streptococcus juga bisa menimbulkan nyeri tenggorokan. Strep throat umumnya merupakan infeksi ringan pada tenggorokan dan amandel.

Penyakit ini ditularkan melalui droplet, seperti halnya pilek atau flu. Periksakan diri ke dokter bila mengalami panas-dingin, mual, sakit kepala, tenggorkan bengkak dan merah, atau terdapat bercak putih pada amandel.

4. Mononukleosis

Mononukleosis disebabkan oleh virus Epstein Barr. Penyakit ini sangat menular melalui cairan tubuh seperti air liur.

Salah satu gejala dari mononukleosis adalah nyeri tenggorokan yang berat. Gejala ini umumnya disertai dengan gejala lain seperti kelelahan ekstrem, demam, nyeri tubuh, pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak, pembengkakan limpa, dan bercak merah pada kulit.

Infeksi ini bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada beberapa kasus, komplikasi yang serius bisa terjadi. Periksakan diri ke dokter bila kondisi tak membaik dalam waktu satu pekan atau lebih.

5. GERD Atau refluks asam

Gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Naiknya kembali asam lambung atau refluks asam ini dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan di kerongkongan lalu menyebabkan sensasi terbakar di tenggorokan.

"Hindari makanan pedas, kafein, makan porsi besar atau makan larut malam, khususnya dekat dengan jam tidur, karena hal-hal ini dapat memperparah gejala," ujar Dr Kersey McMullen.

Obat-obatan bebas atau over the counter (OTC) untuk GERD bisa diakses dengan cukup mudah. Namun, bila obat-obatan ini tak memberikan efek, periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan obat yang lebih sesuai.

GERD yang tak ditangani dapat mengubah lapisan di kerongkongan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker di area tersebut.

6. Alergi

Iritasi dan perasaan seperti terbakar pada tenggorokan bisa disebabkan oleh reaksi alergi terhadap serbuk sari, debu, asap rokok, jamur. atau kulit mati hewan. Obat bebas dapat meringankan gejala akibat reaksi alergi. Namun, akan lebih baik menghindari pemicu alergi sebagai upaya pencegahan.

7. Tonsilitis

Tonsilitis atau radang amandel dapat memicu gejala nyeri pada tenggorokan. Gejala lainnya adalah amandel yang memerah dan membengkak atua memiliki bercak putih, lapisan putih atau kuning pada lidah, leher kaku, dan bau mulut. Kabar baiknya, infeksi virus ini bisa membaik dengan sendirinya dalam waktu empat hingga 10 hari.

8. Covid-19

Penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru SARS-CoV-2 ini memiliki banyak gejala. Salah satu di antaranya adalah nyeri tenggorokan.

Nyeri tenggorokan yang tak disertai gejala lain kemungkinkan bukan disebabkan oleh Covid-19. Akan tetapi, ada banyak hal yang masih belum diketahui mengenai penyakit baru ini. Hubungi dokter bila merasa pernah terpapar oleh Covid-19.

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement