REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan menerbitkan Sukuk Negara Ritel SR013 pada akhir Agustus ini. Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai penerbitan sukuk ritel ini kemungkinan akan kurang menarik bagi investor.
Pasalnya, hal tersebut melihat tren suku bunga yang terus mengalami penurunan. "Tren suku bunga turun, kupon sukuk ritel kali ini mungkin bisa lebih rendah, jadi ini akan berpengaruh terhadap daya tarik untuk investor ritel," kata Bhima, Ahad (9/8).
Menurut Bhima, kupon sukuk ritel yang relatif rendah membuat instrumen tersebut akan kalah saing dengan instrumen lainnya. Salah satunya yaitu deposito di perbankan syariah yang sama-sama menawarkan imbal hasil dikisaran 5 persen-6 persen.
Dengan kondisi tersebut, Bhima menambahkan, kemungkinan sukuk ritel untuk mengalami oversubscribe akan sedikit berkurang. Di sisi lain, investasi emas saat ini memberikan return cukup menarik mencapai lebih dari 40 persen dibandingkan harga emas tahun lalu.
"Ini akan mempengaruhi pelaku investor untuk membeli sukuk ritel," ungkapnya.
Bhima juga melihat, investor kelas menangah yang disasar untuk sukuk ritel saat ini lebih cenderung memilih menyimpan di perbankan untuk dana darurat. Menurut Bhima, ini salah satu perubahan perubahan perilaku ketika terjadi pandemi dan ekonomi menuju resesi.