REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, masih ada masyarakat yang mengeluhkan tagihan listriknya yang melonjak. Pola mitigasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam mengatasi keluhan masyarakat dinilai masih buruk oleh masyarakat.
Indah (26 tahun) misalnya. Warga Depok ini mengaku mendapati tagihan listriknya melonjak di angka Rp 1.250.000 pada bulan Juli kemarin yang biasanya tagihan listriknya hanya Rp 500.000 per bulan. Indah pun merasa bahwa pemakaian listriknya wajar saja baik sebelum pandemi maupun selama pandemi.
"Kami memang di rumah kerjanya, aku dan suami. Tapi kami nggak pakai AC, hanya colok Laptop saja. Masa naiknya sampai dua kali lipat," ujar Indah kepada Republika, Selasa (11/8).
Indah mengaku sudah mencoba melaporkan keluhan tersebut baik melalui media sosial maupun lewat call centre PLN. Hanya saja, Indah tak mendapatkan jawaban pasti dan pelayanan yang prima.
"Akhirnya suami ke PLN, dan disana tetep disuruh bayar secara cicil tiga bulan berjalan ini," ujar Indah.
Yang janggal, kata Indah sebelum melakukan laporan tagihan di bulan Juli sebesar Rp 1.250.000 namun setelah melapor PLN kemudian merevisi tagihan menjadi Rp 832.242. Tercatat, dengan pemakaian listrik sebesar 775 kwh, Sedangkan di bulan Agustus, indah ditagih sebesar Rp 1.027.800 dengan pemakaian sebesar 597 kwh.
Tak hanya Indah, Rizky Jaramaya (29) warga Bekasi juga mendapati tagihan listriknya yang melonjak tajam. Ia adalah pelanggan 900 VA nonsubsidi. Sebelum pandemi, Rizky hanya membayar di kisaran Rp 120 ribu per bulan. Namun sudah tiga bulan ini Rizky harus membayar sebesar Rp 480 ribu. Padahal, suaminya tidak melakukan WFH dan pemakaian listrik secara normal.
"Kami udah coba minta penjelasan lewat media sosial juga tidak direspons," ujar Rizky.
Menanggapi keluhan masyarakat, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, mengakui memang persoalan utama dari ramainya keluhan masyarakat adalah pola mitigasi PLN terhadap pandemi ini. Rida menilai memang PLN perlu memperbaiki komunikasi dan notifikasi mereka ke pelanggan saat memang akan terjadi lonjakan tagihan.
"Poinnya adalah, notifikasi ke kitanya, ke pelanggannya bahwa besok lusa itu, akan ada lonjakan tagihan. Ini memang sudah menjadi bentuk kekecewaan yang merebak kan. Nah, apapun kita bisa ambil hikmahnya, niat baik tanpa sosialisais kurang pas. Komunikasi memang perlu diperbaiki sama PLN," ujar Rida dalam diskusi virtual, Selasa (11/8).