REPUBLIKA.CO.ID, Sayyid Sabiq dikenal sebagai seorang ahli fikih, salah satu disiplin dalam kajian studi Islam. Dan, karena fikih inilah, namanya begitu masyhur dan sangat berpengaruh di kalangan umat Islam kontemporer. Sayyid Sabiq dilahirkan di Mesir pada 1915 dan wafat pada 28 Februari 2000.
Selain ulama fikih, namanya juga dikenal masyarakat Muslim dunia sebagai salah satu tokoh gerakan Islam terbesar di dunia, Ikhwanul Muslimin. Awal perkenalannya dengan Ikhwanul Muslimin terjadi ketika ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar di fakultas syariah.
Pada saat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin inilah Sayyid mulai menekuni dunia tulis-menulis. Tulisannya dimuat di berbagai majalah terbitan Mesir, termasuk majalah mingguan milik gerakan Ikhwanul Muslimin. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai fikih, tentang bab Thaharah (bersuci).
Karena keaktifannya dalam dakwah, tak heran jika pimpinan Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, mengangkat Sabiq sebagai salah satu orang kepercayaannya. Pada tahun 1948, ia bersama dengan anggota Ikhwanul Muslimin lainnya ikut serta dalam perang Palestina melawan Israel. Akibatnya, beliau dipenjara di bawah tanah pada 1949-1950. Setelah bebas, Sayyid Sabiq kembali ke Al-Azhar dan mendalami bidang dakwah.
Kemudian, pada 1951, ia memutuskan bekerja di Kementerian Wakaf Mesir. Di kementerian ini, Sabiq menempati posisi puncak hingga menjadi wakil Kementerian Wakaf. Pada tahun 1964, Sabiq hijrah ke Yaman kemudian menetap di Arab Saudi. Di sini, ia mengajar mata kuliah Dakwah dan Ushuluddin di Universitas Ummul-Qura selama lebih dari 20 tahun.
Sayyid Sabiq termasuk orang yang banyak mengembara untuk menyampaikan dakwah. Banyak negara yang dikunjunginya, termasuk Indonesia, Inggris, negara-negara bekas Uni Soviet, dan seluruh negara Arab. Aktivitas dakwah juga ia lakukan di lingkungan tempat tinggalnya, dengan mengadakan pengajian rutin di rumahnya, baik laki-laki maupun perempuan.
Kegigihannya dalam menyampaikan dakwah juga terlihat manakala ia menjalani masa tahanan di penjara. Ketika berada dalam penjara, beliau dengan lantang dan bersemangat menerangkan hukum fikih dan agama kepada para tahanan politik yang ditangkap bersamanya. Tidak hanya para tahanan, petugas penjara yang mengawal mereka turut mengikuti kuliah tidak resmi sang ulama dari balik jeruji besi penjara.
Dalam setiap dakwahnya, Sabiq selalu menyerukan agar umat Islam bersatu, merapatkan barisan, dan tidak berpecah belah yang dapat menyebabkan umat menjadi lemah. Ia juga mengajak agar membentengi para pemudi dan pemuda Islam dari upaya-upaya musuh Allah dengan membiasakan mereka beramal Islami, memiliki kepekaan, memahami segala permasalahan kehidupan, serta memahami Alquran dan sunah.
Sayyid Sabiq juga pernah mengingatkan bahwa Israel adalah pihak yang selalu memusuhi umat Islam. Beliau pernah bertemu dengan salah seorang pengajar asal Palestina yang bercerita kepada beliau, ''Suatu kali saya pernah melihat seorang Yahudi sangat serius duduk menghafal Kitabullah dan hadis-hadis Rasulullah. Lalu, saya tanyakan kepadanya, Kenapa kamu melakukan ini?'' Ia menjawab, ''Agar kami dapat membantah kalian dengan argumentasi. Kalian adalah orang-orang yang reaktif dan sangat sensitif. Karena itu, kami ingin mengendalikan lewat sensitivitas kalian itu. Jika kami berdebat dengan kalian, kami akan menggunakan ayat-ayat dan hadis Nabi kalian. Kami juga akan menyebutkan sebagian permisalan dalam bahasa Arab yang mendukung permasalahan kami. Sehingga, kalian bertekuk lutut terhadap seruan kami dan mempercayai kebenarannya.''
Ia meninggal dunia pada tanggal 28 Februari tahun 2000. Sepanjang hidupnya, Sayyid Sabiq banyak menerima penghargaan atas ketokohan dan keilmuan beliau. Antara lain, mendapatkan Piagam Penghargaan Mesir yang dianugerahkan oleh Presiden Mesir, Mohammad Husni Mobarak, pada 5 Maret 1988. Di tingkat regional, ia mendapat penghargaan Jaaizah al-Malik Faisal al-Alamiah pada tahun 1994 dari Kerajaan Arab Saudi atas usahanya menyebarkan dakwah Islam.