REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah mencatatkan total aset sebesar Rp 50,76 triliun sampai kuartal II tahun 2020, naik sebesar 19,46 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan aset ini mengokohkan posisi BNI Syariah sebagai bank syariah BUKU III dengan peringkat aset kedua terbesar di Indonesia.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo mengatakan kenaikan aset tersebut didorong oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah. Realisasi DPK tercatat Rp 43,64 triliun atau naik 20,15 persen (yoy).
"Pertumbuhan DPK ini didorong oleh pertumbuhan dana murah (CASA) dalam bentuk tabungan dan giro," katanya melalui keterangan pers, Rabu (26/5).
Rasio CASA BNI Syariah pada kuartal II tahun 2020 tercatat sebesar 67,83 persen, naik dibandingkan periode sama tahun 2019 sebesar 63,48 persen. Firman mengatakan, pertumbuhan dana murah BNI Syariah didukung oleh transaksi mobile banking sebanyak 21,36 juta transaksi atau naik sebesar 127 persen (yoy).
Peningkatan aset juga terjadi setelah BNI Syariah memperoleh tambahan modal dari induk dalam bentuk penyertaan modal secara nontunai (inbreng). Aset kantor di Pejompongan sebesar Rp 255,6 miliar dan aset Aceh dari BNI sebesar Rp 164,2 miliar yang turut mendorong kenaikan aset dan memperluas jaringan kantor BNI Syariah.
"Inbreng ini membuat BNI Syariah naik kelas menjadi BUKU III atau mempunyai modal inti diatas Rp 5 triliun," katanya.
Diharapkan hal ini bisa memperkuat permodalan perusahaan dan memberi dampak positif terhadap pengembangan bisnis BNI Group. Menurut Abdullah Firman Wibowo, setelah menjadi BUKU III, BNI Syariah melakukan beberapa inisiatif bisnis diantaranya adalah fokus bisnis digital, pengembangan bisnis remittance, penguatan bisnis Financial Institution (FI) &Trade, roll out bisnis mikro di seluruh outlet, dan implementasi Financing Excellence Program.