REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL --Topan Bavi yang sebelumnya melanda Korea Selatan (Korsel) telah menghantam Korea Utara (Korut) pada Kamis (27/8) pagi. Topan Bavi meluncur ke wilayah barat daya Pyongyang dengan kecepatan angin maksimum 133 kilometer per jam, setelah melewati wilayah pesisir barat yang terkenal dengan industri perikanan.
Media pemerintah Korut hingga saat ini belum melaporkan kerusakan yang ditimbulkan akibat Topan Bavi. Sebelumnya, kantor berita pemerintah Korut, KCNA melaporkan, Pemimpin Korut Kim Jong-un telah menyerukan persiapan untuk meminimalkan korban dan kerusakan akibat topan tersebut.
KCNA melaporkan, pemerintah telah mengeluarkan peringatan topan di sebagian besar wilayah Korut. Selain itu, pejabat daerah menyerukan kepada seluruh nelayan untuk memindahkan perahu mereka dan menerapkan langkah-langkah perlindungan ke sejumlah fasilitas umum, seperti gedung, rel kereta api, dan peternakan.
Topan Bavi melanda Korut setelah beberapa minggu terjadi hujan lebat yang menyebabkan banjir dan kerusakan pada rumah, serta tanaman pangan. Bencana ini membuat perekonomian Korut semakin mengkhawatirkan di tengah pembatasan terkait pandemi virus korona, dan sanksi internasional.
Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan mengatakan tidak ada laporan korban jiwa, meskipun ada kerusakan pada bangunan, dinding, jalan, dan bangunan lainnya. Badan Meteorologi Korea memperingatkan, angin kencang akan terus berlanjut di wilayah ibu kota Seoul dan wilayah tengah negara itu sepanjang pagi.
Pemadaman listrik sempat terjadi di 1.633 rumah di Korsel, termasuk 887 di Pulau Jeju. Pada pukul 6 pagi, listrik telah dipulihkan ke sebagian besar rumah, tetapi setidaknya 96 rumah di daerah pulau Sinan tetap tanpa listrik.
- Lebih dari 430 penerbangan domestik masuk dan keluar dari Jeju dan kota Busan dibatalkan pada Kamis pagi. Otoritas Korsel juga menghentikan beberapa layanan kereta api, menutup taman umum dan jembatan laut, serta memindahkan ratusan kapal penangkap ikan dan kapal penumpang ke tempat aman. Selain itu, puluhan tempat pengujian virus korona darurat telah dibongkar di ibu kota Seoul dan kota-kota besar lainnya, karena khawatir tenda dan bilik tidak dapat menahan angin kencang.