Senin 07 Sep 2020 18:02 WIB

Langkah Telkom Menutup Blanja.com Dinilai Tepat

Telkom hanya akan fokus pada bisnis eCommerce di segmen korporasi dan UMKM

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Blanja.com
Foto: FB blanja.com
Blanja.com

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mengalihkan strategi ke bisnis e-Commerce dengan fokus pada segmen korporasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Perseroan pun telah menutup operasional dari marketplace retail Blanja.com.

Melihat langkah Telkom, Pendiri Aplikasi Trading Saham Teman Trader Luke Syamlan menilai strategi tersebut sudah tepat jika dilihat dari aspek bisnis dan keuangan. "Sebagai listed company itu hal yang wajar dilakukan Telkom karena ada pertanggungjawaban ke investor dari setiap aksi korporasinya. Saya lihat investor quite happy dengan aksi korporasi itu karena sehari setelah diumumkan saham Telkom sempat naik," ujarnya kepada wartawan, Senin (7/9).

Baca Juga

Blanja.com yang dikelola Telkom dan eBay mengumumkan adanya perubahan strategi bisnis yang dilakukan, sehingga terhitung mulai 1 September 2020 seluruh kegiatan pembelian pada portal tersebut dihentikan.

Sementara Pengamat Ekonomi Digital Ignatius Untung menambahkan jika dilihat kategori, Blanja.com bermain di "area" yang memang ramai dan ketat persaingannya. "Totalnya ada 10 pemain lebih, lima di antaranya sudah cukup dominan dan butuh investasi besar untuk mengejarnya. Jadi dugaan saya Telkom berhitung dan mendapatkan hasilnya bahwa investasi bidang itu (Return On Investment atau ROI) tidak sebaik ketika mereka masuk ke segment Business to Business (B2B) yang lebih sedikit pemainnya," jelasnya.

Menurutnya kekuatan Telkom bersama anak perusahaan dan hubungan baik sesama BUMN serta akses ke pemerintah membuat bisnis B2B dan Business to Government (B2G) menjadi hitungan yang lebih masuk akal untuk operator tersebut. "Saya melihat langkah keluar dari market Customer to Customer (C2C) marketplace ini bukan masalah mampu atau tidak mampu. Telkom dan ebay sebagai induknya Blanja punya uang untuk bisa bersaing. Hanya saja bisnis pada akhirnya kan tentang mana yang hitungannya lebih baik," katanya.

Pengamat Ekonomi Digital lainnya Daniel Tumiwa mengakui langkah Telkom sudah tepat menutup Blanja.com. "Bagus, karena late comer yang tidak berhasil atau gagal cari pendanaan pasti akan tutup. Platform eCommerce sudah tutup untuk pemain baru, sudah terlalu mahal untuk masuk. Nanti akan ada koreksi lagi di pasar," ucapnya.

Pengamat telekomunikasi Doni Ismanto Darwin menyatakan bisnis eCommerce terutama sektor C2C memang lumayan keras karena masyarakat masih menjadikan promosi berupa cashback, diskon, hingga subsidi ongkos pengiriman sebagai daya tarik berbelanja. "Harus dipahami sebagai listed company dan BUMN, Telkom itu tetap orientasinya EBITDA dan Net Income positif dalam mengoperasikan bisnis. Sementara bisnis eCommerce ini yang diincar Gross Market Value (GMV) yang butuh dana besar sebagai bensinnya, tetapi EBITDA dan Net Income belum tentu positif. Melirik lucrative market seperti B2B yang lebih bisa dikelola supply chain tentu langkah rasional jika Telkom masih mau bermain di eCommerce," katanya.

Lebih lanjut Doni menyarankan pemerintah dapat lebih jeli melihat kompetisi pada eCommerce karena ekosistemnya makin dikuasai asing. "Platform, payment, hingga logistik sekarang mulai dikuasai asing. Saya rasa pemain lokal ada peluang pada payment dan logistik jika regulasi dijalankan dengan benar. Jika payment dan logistik lepas juga semua ke asing, artinya Indonesia ini hanya akan menjadi pasar," tutupnya.

Direktur Digital Business Telkom Fajrin Rasyid menjelaskan sejalan dengan program transformasi perusahaan, terhitung 1 Oktober 2020 Telkom hanya akan fokus pada bisnis eCommerce di segmen korporasi dan UMKM melalui transaksi B2B.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement