REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa bersejarah yang luar biasa. Peristiwa itu menguraikan keterampilan Nabi Muhammad SAW dalam perencanaan serta menempatkan seluruh kepercayaannya kepada Allah.
Dalam buku "Islam & Teknologi", Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan bahwa ketika hijrah ke Madinah, Nabi SAW dan Abu Bakar RA juga melakukannya dengan cara unik, yaitu melewati jalan yang belum pernah dilalui manusia. Maksudnya untuk menghindari kejaran musuh musyrikin Makkah.
Karena itu, menurut Ustadz Sarwat, Nabi SAW menyewa jasa seorang pakar navigasi yang pandai menentukan arah perjalanan di padang pasir yang mustahil dilewati manusia. Dia adalah seorang kafir bernama Abdullah bin Uraiqidh.
Seandainya Nabi Muhammad SAW adalah seorang ahli teknologi navigasi, pasti beliau tidak membutuhkan jasa seorang kafir untuk memberinya petunjuk jalan. Cukup mengandalkan kebrilianan dirinya saja. Namun hal semacam itu tidak terjadi, justru diserahkan urusan ini kepada ahlinya, meski tidak beragama Islam sekali pun.
Sebagai non-Muslim, Abdullah bin Uraiqith bisa saja berkhianat pada Nabi Muhammad SAW. Namun antara Nabi Muhammad dan Abdullah bin Uraiqith telah tumbuh rasa saling percaya tanpa mempersoalkan kepercayaan agama.
Saat itu Abu Bakar juga telah mewanti-wanti kepada Abdullah bin Uraiqith agar perjalanannya tersebut dirahasiakan dari kafir Quraisy. Apabila informasi bocor, nyawa Abu Bakar dan Nabi Muhammad SAW tentu menjadi taruhannya. Apalagi, saat itu kaum kafir Quraisy sedang menggelar sayembara, memberi imbalan 100 ekor unta bagi siapa saja yang bisa menemukan Nabi Muhammad.