REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah embung atau cekungan penampungan air di wilayah selatan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengering saat kemarau.
"Ada lebih dari 10 embung yang telah dibangun pemerintah daerah di sekitar Kecamatan Tegalwaru dan Pangkalan selama beberapa tahun terakhir," kata Ahyan Sarifudin, salah seorang tokoh masyarakat Tegalwaru, di Karawang, Kamis.
Dikatakannya, embung-embung yang ada di sekitar Kecamatan Pangkalan dan Tegalwaru atau wilayah Karawang selatan sebenarnya baru dibangun beberapa tahun terakhir. Tapi sekarang kondisinya sudah rusak dan tidak mengering saat kemarau.
"Jadi keberadaan embung itu tidak berpengaruh. Padahal embung itu seharusnya mampu menampung air dan menjadi cadangan air saat kemarau. Ini justru kondisinya mengering saat musim kemarau. Jadi manfaatnya tidak terasa," kata dia.
Ia menilai pembangunan embung yang tujuan awalnya menampung air agar bisa digunakan petani untuk mengairi sawahnya tersebut mubazir. Karena tidak dirasakan manfaatnya.
Embung itu sendiri merupakan cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan. Embung ini sebenarnya bermanfaat untuk menampung air hujan di musim hujan, kemudian digunakan petani untuk mengairi areal persawahan saat kemarau.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian setempat Edi Suryana, kepada Antara, sebelumnya mengakui keberadaan embung saat ini belum bisa mengatasi kekeringan yang melanda persawahan pada musim kemarau.
Dikatakannya, keberadaan embung-embung yang telah dibangun itu kurang efektif. Luas embung yang dibangun di wilayah Karawang selatan hanya sekitar 20x25 meter dengan kapasitas menampung air 400-500 kubik.
Embung-embung itu tak mampu menampung air. Justru saat musim kemarau, embung itu juga mengering