REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak akan ada turnamen bulu tangkis skala internasional yang akan digelar di tanah air hingga akhir tahun 2020. Hal itu diungkap Sekjen PP PBSI, Achmad Budiharto terkait pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah tiga turnamen Internasional karena alasan Covid-19.
“Karena covid-19 yang belum reda dan juga melihat banyaknya negara yang sudah melarang warganya bepergian ke Indonesia, kami memutuskan untuk membatalkan permohonan menjadi tuan rumah turnamen seri Asia,” katanya kepada republika, Senin (14/9).
Achmad Budiharto mengungkap, semula Indonesia akan mengajukan menjadi tuan rumah tiga kejuaraan sekaligus. Yakni dua Turnamen BWF Seri 1000 yang terdiri dari, Asia Open 1000, Indonesia Open 1000, dan Final Super Series.
“Jadi hingga akhir tahun ini tidak ada kejuaraan skala internasional di Indonesia," katanya.
Awalnya, menurut dia, Federasi Badminton Dunia (BWF) mempertimbangkan Indonesia untuk menjadi tuan rumah turnamen bergengsi Asia Open I dan Asia Open II yang masuk kategori BWF World Tour Super 1000, serta BWF World Tour Finals 2020.
“Melihat reaksi dari sejumlah negara calon peserta yang menolak untuk datang ke Indonesia, BWF sepertinya akan menarik penawarannya kepada Indonesia sebagai tuan rumah turnamen seri Asia. Maka dari itu, kami mengambil sikap untuk segera membatalkan rencana jadi tuan rumah,” ungkap Budi.
Lebih lanjut, dia menuturkan PBSI juga sudah menulis surat resmi kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali terkait pembatalan rencana tuan rumah tersebut. Kemudian, sekaligus membatalkan reservasi gedung yang dipesan untuk penyelenggaraan turnamen.
Untuk menjaga iklim kompetisi pemain pelatnas, PBSI berencana menggelar Simulasi Piala Sudirman. Namun, waktu pelaksanaan belum ditentukan.
Secara terpisah, Pengamat Bulu tangkis, Broto Happy Wondomisnowo mendukung langkah PBSI untuk mundur dari keikutsertaan di Piala Thomas-Uber 2020. Menurutnya, keputusan itu sudah tepat, apalagi ditengah pandemi covid-19 yang belum mereda.
“Keputusan mundur induk organisasi tepok bulu Indonesia itu sudah tepat. Ditambah lagi ada 59 negara, termasuk Denmark, yang sebelumnya juga sudah menolak kedatangan Warga Negara Indonesia sebagai imbas dari pandemi Covid-19," katanya.
Dikatakan Broto, Indonesia memilih mundur semata-mata demi kesehatan dan keselamatan pebulutangkis. Terlebih, induk organsiasi bulu tangkis dunia, BWF, juga tidak memberikan jaminan keselamatan atlet apabila ada yang terjangkit virus korona.
Pun seandainya Denmark tetap membuka pintu bagi tim Indonesia untuk datang, lanjut Broto konsentrasi dan semangat tarung para pemain tidak penuh. "Hendra Setiawan dkk., pasti kurang nyaman. Mereka selalu waswas dengan kesehatan dan keselamatan terhadap kemungkinan terpapar Covid-19, baik dalam perjalanan, saat transit, atau ketika di tempat pertandingan,"ungkapnya.
Broto menilai, dengan menyatakan mundur merupakan sebuah keputusan terhormat. Alasannya pun demi keselamatan pemain. “Toh, tak hanya kita yang memilih absen. Korea Selatan, Thailand, Hong Kong, China Taipei, Singapura, hingga Australia juga sudah lebih dulu memilih tidak tampil." Katanya.
Broto yakin, langkah Indonesia ini akan diikuti sejumlah negara kuat lain. Menurutnya, melihat semakin banyak yang absen, tentu tidak ada jalan lain bagi BWF selain memilih menunda hajatan beregu bergengsi ini.
“Yang sebenarnya layak digugat adalah BWF. Mengapa mereka ngotot menggelar kejuaraan di tengah pandemi yang belum mereda? Mereka sepantasnya berkaca pada ajang-ajang lain yang jauh lebih bergengsi, seperti Olimpiade Tokyo atau sepakbola Piala Eropa, terpaksa ditunda hingga tahun depan demi menjamin keselamatan atlet," Pungkasnya.