REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja impor pada Agustus sebesar 10,74 miliar dolar AS atau turun 24,19 persen dibandingkan realisasi Agustus 2019, 14,17 miliar dolar AS. Tren penurunan ini mengikuti realisasi pada Juli yang juga kontraksi 32,55 persen dibandingkan Juli 2019, menjadi 10,47 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kontraksi terjadi pada seluruh penggunaan barang. Misalnya, barang konsumsi yang nilai impornya turun 12,49 persen menjadi 1,19 miliar dolar AS pada Agustus.
Tapi, secara bulanan, impor konsumsi mengalami kenaikan 7,31 persen dibandingkan Juli. Beberapa komoditas yang naik cukup besar adalah anggur dari China, milk atau cream in powder dari Selandia Baru dan raw sugar in solid form dari India.
"Itu beberapa komoditas yang menyebabkan impor konsumsi naik, meskipun secara year on year (tahunan) masih turun," kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/9).
Tren serupa terjadi pada bahan baku/penolong yang mencatatkan kinerja impor sebesar 7,75 miliar dolar AS pada Agustus. Nilai tersebut turun 24,93 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, namun naik lima persen dibandingkan Juli.
Beberapa barang bahan baku/penolong impor yang naik pada Agustus adalah emas dari hongkong dan besi dan baja dari Ukraina. "Impor bahan baku ini harus jadi perhatian karena secara year on year turun cukup dalam," tutur Suhariyanto.
Sementara itu, impor barang modal yang sebesar 1,79 miliar dolar AS mencatatkan penurunan secara bulanan ataupun tahunan. Dibandingkan Juli, kinerja impornya turun 8,81 persen. Kontraksi lebih dalam terjadi jika dibandingkan Agustus 2019, yakni hingga 27,55 persen.
Kontraksi juga terlihat pada nilai kumulatif Januari-Agustus 2020 yang sebesar 92,11 miliar dolar AS, atau menyusut 18,06 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Berdasarkan penggunaan barang, bahan baku/ penolong menjadi kontributor utama dengan sumbangan 73,69 persen dari total impor.
Tapi, secara akumulatif, bahan baku/penolong utama justru mengalami kontraksi dalam. Penurunannya mencapai 18,85 persen dibandingkan Januari-Agustus 2019, menjadi 67,87 miliar dolar AS pada periode tahun ini.
Sementara itu, impor barang konsumsi yang menyumbang 10,92 persen pada total impor turun 7,86 persen dibandingkan Januari-Agustus 2019. Nilai impor pada delapan bulan ini mencapai 9,48 miliar dolar AS.
Kontraksi terdalam terjadi pada barang modal yang berkontribusi 16,02 persen terhadap total kinerja impor sepanjang Januari-Agustus 2020. Penurunan nilainya sebesar 20,13 persen, menjadi 14,75 miliar dolar AS.
BPS juga mencatat, pangsa impor Indonesia tidak mengalami perubahan. Selama Januari hingga Agustus 2020, produk impor di Indonesia didominasi dari China dengan nilai mencapai 24,72 miliar dolar AS atau hampir 30 persen dari total nilai impor.
Pada Agustus saja, kinerja impor dari China mengalami kenaikan 138,7 juta dolar AS dibandingkan Juli. Beberapa komoditas yang diimpor pada bulan lalu adalah laptop dan anggur.