REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Balai Penyuluh Pertanian di Ngawi dinilai mampu mengimplementasikan program IPDMIP dengan baik. Salah satu implementasi itu adalah membangun Rumah Burung Hantu (Rubuha) untuk mengendalikan hama tikus.
Keberadaan Rubuha di Ngawi dipantau langsung Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, Kamis (17/9) di Lahan Sawah Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
“Salah satu program implementasi IPDMIP, ada Rubuha atau Rumah Burung Hantu. Menurut saya, ini salah satu penerapan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Rubuha tidak menimbulkan kerusakan, tapi sangat efektif untuk mengendalikan tikus,” tutur Dedi dalam siaran persnya.
Oleh sebab itu, dengan tegas pria yang biasa disapa Prof Dedi ini mengatakan Rubuhan sebagai salah satu contoh implementasi teknologi informasi yang efektif tapi ramah lingkungan.
“Burung hantu itu sifatnya mencakar tikus, membunuh tikus. Kalaupun dimakan jumlahnya tidak banyak, lebih banyak yang dibunuh,” katanya.
Menurut Dedi, burung hantu memiliki insting memburu yang biasa. Burung hantu bisa mendeteksi keberadaan tikus dalam radius 500 meter.
“Cara seperti ini yang harus dikembangkan. Memang rubuha yang dibangun ini sifatnya menjadi tempat singgah. Tapi jika burung hatu bisa bersarang disitu, maka hasilnya akan menjadi lebih luar biasa lagi,” katanya.
Menurut Dedi Nursyamsi, inti dari program IPDMIP adalah meningkatkan produktivitas sawah, pendampingan penyuluh. Juga mengendalikan OPT dan lainnya. "Itu semua ada dalam pendampingan IPDMIP oleh penyuluh,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi Marsudi, mengatakan Rubuha adalah hasil dari pembelajaran yang diberikan IPDMIP.
“Kita bersyukur Ngawi menjadi salah satu lokasi untuk IPDMIP. Karena bisa mendapatkan pengetahuan untuk menjaga lahan dari serangan tikus melalui Rubuha,” tuturnya
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan IPDMIP memberikan banyak ilmu buat petani dan penyuluh.
“Oleh karena itu pengetahuan yang dibagikan dalam program IPDMIP harus diserapkan dengan baik. Agar dapat diimplementasikan di lapangan sehingga pertanian turut meningkat,” katanya.
Seperti diketahui, burung hantu yang digunakan untuk membantu petani mengatasi hama tikus salah satunya adalah jenis Tyto Alba.Burung hantu jenis Tyto Alba ini dikenal sebagai sahabat petani. Karena menjadi pembasmi hama tikus yang sangat handal, khususnya di malam hari saat petani sedang beristirahat. Oleh petani burung jenis ini dikenal juga dengan sebutan burung Koreak. Dalam semalam Burung Hantu Tyto Alba bisa menangkap 5 sampai 10 ekor tikus.
Tyto alba atau yang juga dikenal dengan Serak Jawa merupakan salah satu jenis burung pemangsa yang cukup populer untuk mengendalikan hama, baik di area perkebunan maupun pertanian. Di Ujung Jaya, Tyto alba dikembangbiakan dan akan sangat mudah untuk dijumpai.
Di samping keanggunan yang dimiliki oleh Tyto alba, kemampuan berburu burung hantu ini tidak dapat diragukan. Jika burung-burung predator lainnya mengandalkan kecepatan, Tyto alba sangat mengandalkan kemampuan pendengarannya yang di atas rata-rata untuk mendeteksi lokasi mangsanya.
Sebagai hewan yang aktif di malam hari (nocturnal), tentu saja Tyto alba memiliki indera penglihatan yang baik, namun tidak mengalahkan fungsi utama indera pendengarannya yang sangat sensitif.
Tyto alba cukup menajamkan pendengarannya dan dapat langsung mengetahui posisi pasti target buruannya hanya dengan sedikit suara gesekan rumput saja. Biasanya ia menargetkan tikus sebagai mangsa buruan. Setelah yakin, ia terbang dalam senyap untuk kemudian mengejutkan dan menyergap mangsanya dengan cakarnya yang kokoh.
Keseluruhan prosesnya berlangsung senyap, penuh ketenangan, sekaligus mematikan.
Tyto alba akan menelan utuh mangsanya atau mencabik-cabik hingga terbagi dalam bagian-bagian kecil sebelum dimakan. Ia tidak akan melumat bulu-bulu dan tulang mangsanya tapi akan memuntahkannya kembali secara berkala dalam bentuk pelet.