REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN-–Sudah lebih dari dari enam bulan pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, sehingga mengakibatkan lambatnya laju perekonomian. Pemerintah Indonesia pun saat ini telah menggalakkan program Pemulihan Ekonomi Nasional, yaitu program yang bertujuan meminimalkan dampak dari Covid-19. Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno Hatta, Finari Manan, pada Jumat (18/9). Menurutnya, salah satu aksi dari program PEN adalah mendorong produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menembus pasar internasional.
“Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF), bahwa hampir 60 persen kontribusi UMKM memberikan pengaruh terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Nasional, sehingga upaya mendorong potensi ekspor produk UMKM ini benar-benar perlu dimaksimalkan,” ujarnya.
Finari mengatakan salah satu langkah yang diambil Bea Cukai Soekarno Hatta adalah berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Banten, Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, PT Andalan Ekspor Indonesia (AeXI), serta perwakilan pelaku UMKM, mengadakan rapat lintas sektor dengan agenda pembahasan mendorong produk UMKM menuju ranah ekspor pada tanggal 7 September 2020 lalu. Dalam rapat tersebut, Finari memaparkan materi mengenai peran UMKM dalam mendongkrak angka ekonomi daerah setempat, bahkan sampai skala nasional.
“Kita bersama-sama menghadiri rapat saat itu, rapat lintas sektor, ada Bea Cukai, ada Karantina Pertanian, ada Pemerintah Daerah, ada perwakilan swasta, ada pelaku UMKM-nya juga. Komitmen kita bersama, pasti bisa wujudkan produk UMKM tembus pasar internasional,” katanya optimistis.
Masih menurut Finari, di rapat tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Babar Suharyo, mengemukakan bahwa potensi produk UMKM daerah setempat yaitu hasil olahan pertanian. Saat ini terdapat dua komoditas unggulan, yaitu olahan kelapa hijau dengan merk Bantenese Coco dan gula semut dengan merk Kawung Lebak.
Namun, Finari menyebutkan, seperti yang dipaparkan Direktur PT AeXI, Luthfi Ginanjar di rapat, bahwa terdapat beberapa kendala yang perlu dituntaskan terlebih dahulu. “Kendalanya adalag pengelolaan sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM, membuka akses pasar global, pembiayaan modal usaha, regulasi dari instansi penerbit perizinan, dan perihal logistik. Kendati demikian, kami tetap optimis melalui pertemuan seperti ini, dapat menciptakan solusi yang inovatif,” kata Finari.