REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mencegah penyebaran virus corona jenis baru 2019 (Covid-19) di lingkup pesantren, sejumlah pihak perlu bahu-membahu merangkul pesantren dalam berbagai aspek kesehatan, sarana, dan pendidikan. Di sisi lain, kunci penekanan penyebaran juga dapat dilakukan melalui kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan.
Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Sri Wahyuni, mengatakan, disiplin protokol kesehatan menjadi kunci pesantren tak menjadi klaster baru. Disiplin menjadi satu-satunya kunci agar lingkungan pesantren terbebas dari virus tersebut.
Meski demikian dia mengakui, kultur pembelajaran di pesantren berbeda dengan kultur sekolah formal pada umumnya. Namun, tidak ada jalan lain selalin mematuhi pedoman kesehatan, seperti pedoman menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).
"Di pesantren memang kulturnya berbeda, pembelajaran biasanya dilakukan secara tatap muka. Maka harus ada upaya maksimal dari elemen-elemen lingkungan pesantren untuk mematuhi protokol kesehatan, tidak ada cara lain,” kata Sri Wahyuni dalam webinar bertajuk "Program Sekolah dan Pesantren Sehat di Era Adaptasi Kebiasaan Baru", Kamis (24/9).
Meski demikian, dia mengakui, sulit untuk menjaga jarak sosial di dalam kultur pesantren. Hanya saja, elemen lainnya seperti mencuci tangan, memakai masker, serta protokol kesehatan lainnya harus dipatuhi dengan maksimal.
Dia pun mengungkapkan, Kemendikbud berupaya mencegah sekolah menjadi klaster-klaster baru Covid-19. Begitu pun pesantren, meski bukan berada di bawah tupoksinya, namun dia meyakini menjalankan disiplin protokol kesehatan dapat menyelamatkan pesantren masuk ke dalam klaster Covid-19.
Berdasarkan catatan yang dihimpun Unilever, Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian tertinggi pada anak usia 0-18 tahun akibat Covid-19 di Asia Pasifik. Angka tersebut 1,1 persen lebih tinggi dari China, Italia, dan Amerika sebagai negara yang paling tinggi tingkat penyebaran kasus Covid-19.
Artinya, dalam rentang usia tersebut diisi dari kalangan anak-anak sekolah dan para santri di pesantren. Berdasarkan pendapat para pakar kesehatan, perubahan perilaku ke pola hidup yang lebih sehat dapat berkontribusi sebanyak 80 persen pengendalian kurva pandemik. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pun dinilai Wahyuni menjadi kunci penekanan penyebaran wabah tersebut.