REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Kondisi RW 05 Desa Ditotrunan, Lumajang, Jawa Timur, beberapa tahun lalu kumuh. Ada sungai yang mengalir di wilayah tersebut, menjadi tempat pembuangan sampah dan tempat MCK bagi warganya.
Warga tak peduli terhadap dampak kerusakan yang diciptakan dari perilaku itu. Namun, ketua RW 05 di masa itu, yang bernama Eko Romadhon, menggerakkan warga untuk mulai peduli terhadap lingkungan.
Mulai dari penanganan sampah, Eko mengajak warganya untuk mengelolanya menjadi bank sampah di Ditotrunan.
Dengan bank sampah itu, warga sukses mengolah sampah. Yang organik diolah menjadi pupuk, dan yang anorganik diolah menjadi kerajinan. Kegiatan ini pun menghasilkan uang bagi warganya.
Kemudian, warga juga membersihkan sungai. Bahkan, warga membangun karamba untuk membudidayakan ikan dengan memanfaatkan sungai yang mengalir.
Sekarang, ada sekitar 60-an karamba milik warga yang dibangun di atas sungai. Dan, karamba yang dibangun permanen dengan tembok agar awet. Awalnya, karamba dibangun dengan bambu, namun hanya bertahan dua tahun.
Bambang Setiabudi, Sekretaris Karamba di RW 05 Desa Ditotrunan menceritakan itu pada Ahad (27/9). Sekarang, kata Bambang, ikan-ikan yang dibudidayakan dengan karamba di sungai itu, setiap hari dicari oleh para pedagang pasar. Dan, ini menambah penghasilan warganya.
Selain menambah penghasilan bagi warganya, suasana di RT 05 itu menjadi asri. Kebun dan tanaman ada di sepanjang jalan dan halaman warga, budi daya tanaman, dan lingkungannya menjadi asri dan bersih.
"Kerja sama dan gotong royong antara warga membuat kampung ini mencapai kondisinya seperti sekarang ini," kata Bambang.
Kawasan itu pun dilirik oleh berbagai kalangan. Baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Seperti perhatian dari Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), yang mengunjungi kampung itu pada Ahad (29/9). BPIP menilai di warga di sini berhasil mengamalkan semangat Pancasila, yaitu gotong royong.
Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono mengatakan, tidak hanya mengamalkan kegotong-royongan, tetapi warga Kampung Karamba ini menelurkan inovasi dan prestasi.
"Inovasi sejalan dengan semangat Pancasila di dalam UUD 1945. Dalam pembukaan undang-undang Dasar 45 kan ada kata-kata keinginan luhur dan menjadi bangsa yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur. Mungkin nggak kita bisa berdaulat kalau nggak ada sentuhan teknologi nggak ada inovasi?" kata Hariyono.
Menurut Hariyono, masyarakat kita bisa maju karena ada teknologi. Bisa Makmur karena ada kerja keras.
"Tapi itu nggak bisa terjadi kalau nggak ada persatuan. Jadi persatuan itu juga penting kemajuan juga penting. Maka Indonesia harus bersatu, toleransi, gotong royong, dan harus didukung dengan kreasi dan inovasi," kata Hariyono.
Kembali kepada Bambang Setiabudi, yang dikatakan oleh Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono itu memang benar adanya. Di kampung ini, prinsip dasarnya adalah adanya toleransi.
Bambang sendiri bukan orang yang lahir dan tumbuh besar di Desa Ditorunan itu. Dia baru menetap di desa itu pada 2008 lalu. Namun, warga di sini saling menghormati dan toleransi satu sama lain.
Tidak hanya toleransi, tetapi juga warga RW 05 Ditotrunan juga selalu melakukan inovasi dalam membangun kampung yang asri. Mereka saling belajar dari kampung tematik lingkungan dari daerah-daerah lainnya, bahkan belajar hingga ke luar wilayah Lumajang.
"Ada yang belajar soal perikanan, ada yang soal tanaman, kami selalu belajar," kata Bambang.
Bambang sendiri mengatakan bahwa semangat Pancasila yang sudah dilakukan para warga dan masyarakat di sini, juga diajarkan kepada anak-anak mudanya. Anak-anak muda di sini sudah ikut aktif dalam membangun kampung ini dengan dilandasasi semangat Pancasila, yaitu gotong royong, toleransi, dan inovasi.