REPUBLIKA.CO.ID, Siapa yang tidak kenal dengan Pangeran Diponegoro? Dipenogoro merupakan pahlawan nasional berjasa besar dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Diponegoro meninggal dunia pada 8 Januari 1885 dan dimakamkan di Makassar. Semasa hidup, Diponegoro dikenal sebagai sosok yang tegas dan berprinsip.
Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Pangeran Diponegoro memilih untuk meninggalkan istana Mataram juga dipicu kesadaran agamanya.
Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Pangeran Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota Kerajaan Mataram dan merelakan tahta untuk adiknya RM Ambyah. Latar belakangnya, untuk menjadi raja, yang mengangkat adalah orang kafir (Belanda).
Diponegoro tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini meru pakan hasil tafakkurnya di Parang kusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram: “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan di angkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Mahabesar, berapa lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa.” (Babad Diponegoro, jilid 1 hal. 39-40).