Jumat 02 Oct 2020 10:37 WIB

Perajin Batik Berkawan dengan Digital demi Bertahan

Penjualan batik menurun drastis sejak pandemi Covid-19.

Pameran batik. Para perajin dan pengusaha batik beralih ke digital agar dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Foto: Republika/ Wihdan
Pameran batik. Para perajin dan pengusaha batik beralih ke digital agar dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor tekstil dan garmen di Indonesia, termasuk perajin dan pengusaha batik, menjadi salah satu industri yang terdampak saat pandemi Covid-19 melanda. Berbagai cara coba mereka lakukan, termasuk berkawan dengan teknologi dan beralih ke digital.

"Sekarang memaksa kami para pelaku untuk beralih ke digital. Kami terus menjalin komunikasi, bahkan kerja sama dan membuat webinar setiap minggu tentang batik dan donasi untuk perajin batik lokal," kata Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia, Komarudin Kudiya, melalui diskusi virtual, Kamis (1/10).

Baca Juga

Ada pula kerja sama dengan Google Arts and Culture untuk memasukkan batik ke lamannya. Dengan ditampilkan ke Google, menurut Komarudin, Indonesia sudah mengumumkan ke seluruh dunia bahwa motif ini adalah batik Indonesia.

Pada bulan April, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan, terjadi pengurangan 2,1 juta pekerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Komarudin pun menyebut, saat ini terdapat banyak pengrajin batik rumahan (dengan modal di bawah Rp 200 juta) di Cirebon, Jawa Barat, hingga Pekalongan, Jawa Tengah, yang harus gulung tikar karena tidak adanya permintaan.

"Ini juga berlaku bagi pelaku industri bordir dan tenun," kata dia.

Ketua Galeri Batik YBI Periode 2010-2019 Tumbu Ramelan menyebutkan bahwa memang, yang paling terdampak adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), atau industri akar rumput. Ia mengatakan, pengusaha batik telah melaporkan bahwa penjualan mereka menurun drastis hingga sekitar 30 persen.

Tumbu berpendapat, dengan mencoba mengenalkan teknologi ke para pelaku bisnis batik, diharapkan bisa menggugah keterlibatan mereka untuk eksistensi batik dan membantu industrinya, yang meliputi 200 ribu pembuat batik di seluruh Nusantara. Di lain sisi, raksasa teknologi Google juga menyatakan komitmen untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia dengan digitalisasi.

"Ini agar sektor batik dapat bertransformasi digital secara cepat dan memanfaatkan teknologi. Google juga telah melatih 50 UMKM di sektor batik untuk go digital dan beradaptasi baik di masa pandemi, dan membantu mereka memajukan bisnis melalui media digital," kata Kepala Hubungan Publik Asia Tenggara, Google Asia Tenggara, Ryan Rahardjo.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement