REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rekayasa Industri (Rekind) memutuskan untuk mengembalikan proyek pipa gas Cirebon Semarang (Cisem) kepada pemerintah. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan memutuskan kelanjutan proyek ini pada rapat komite yang akan digelar Senin (12/10).
Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa menjelaskan, Rekind sudah resmi menyerahkan proyek yang semestinya dibangun sejak 2006 tersebut kepada pemerintah pada 2 Oktober kemarin. Ia menjelaskan, Senin (12/10), BPH Migas akan melakukan sidang komite untuk membahas kelanjutan proyek tersebut.
"Betul Rekind sudah mengembalikan proyek tersebut ke pemerintah. Besok akan kami rapatkan dengan komite soal bagaimana kelanjutan proyek," ujar lelaki yang kerap disapa Ifan itu kepada Republika, Ahad (11/10).
Ifan juga mengatakan dari surat yang dikirim secara resmi kepada BPH Migas, Rekind menyatakan siap untuk membantu pemerintah jika memang akan ada pengembangan proyek pipa tersebut ke depan. Rekind juga siap memberikan hasil FEED dan Amdal yang sudah lebih dulu dilakukan.
"Harapannya, melalui acuan tersebut pengembangan pipa Cisem ke depan bisa lebih mudah," kata Ifan.
Dihubungi terpisah, Sekertaris Perusahaan PT Rekayasa Industri, Eddy Sutriman menjelaskan, keputusan perusahaan untuk mengembalikan proyek tersebut ke pemerintah agar proyek bisa tetap berjalan dengan lancar. Apalagi, proyek ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Ia mengatakan, Rekind dengan berat hati memutuskan untuk menyerahkan kembali konsesi ruas transmisi gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) kepada BPH Migas pada 2 Oktober 2020 lalu. "Keputusan penyerahan kembali ini dimaksudkan agar polemik persoalan keekonomian ini tidak mengganggu kelancaran proyek yang sedang ditetapkan sebagai PSN itu," ujar Eddy kepada Republika.
Proyek Pipa Gas Cirebon Semarang merupakan salah satu proyek penting. Sebab, proyek ini akan menjadi penghubung sumber gas untuk kebutuhan gas di Jawa. Sayangnya, sejak perencaan proyek ini dibuat tidak dilandasi dengan perhitungan kebutuhan pasar yang pasti. Selain itu, pipa ini dibangun juga tanpa adanya sumber gas yang pasti darimana.
Sejak 2006, Rekind sendiri melakukan FEED dan Amdal tanpa ada kepastian darimana sumber gas berasal. Sedangkan pasar yang baru-baru saja disebut berpotensi menjadi offtaker, yaitu Kawasan Industri Batang juga belum bisa menyerap dalam skala besar.