Selasa 20 Oct 2020 13:47 WIB

Diplomat China dan Taiwan Berkelahi, Hubungan Kian Runcing

Kedua pihak saling tuding telah melakukan provokasi sehingga muncul perkelahian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.
Foto: AP/Reuters/berbagai sumber
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ketegangan hubungan China dan Taiwan kian meruncing menyusul perkelahian fisik antara diplomat keduanya di Fiji baru- baru ini. Kedua belah pihak mengklaim bahwa kedua pejabat mereka terluka dalam perkelahian tersebut.

Taiwan dan China juga telah meminta polisi Fiji untuk menyelidiki kasus perkelahian. Insiden ini terjadi pada 8 Oktober ketika kantor perdagangan Taiwan di Fiji, kedutaan de facto, mengadakan acara untuk sekitar 100 tamu terhormat di Hotel Grand Pacific yang mewah di ibu kota Fiji, Suva.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan bahwa dua pejabat China mulai mengambil foto dan mencoba mengumpulkan informasi tentang para tamu. Diplomat Taiwan yang meminta mereka pergi diserang dan membutuhkan perawatan rumah sakit karena cedera kepala.

"Kami mengutuk keras tindakan staf kedutaan besar China di Fiji karena secara serius melanggar aturan hukum dan kode etik beradab," kata juru bicara kementerian luar negeri Taiwan, Joanne Ou dikutip laman BBC, Selasa (20/10).

China memberikan penjelasan yang berbeda tentang insiden ini. Kedutaan besar China di Fiji mengatakan stafnya berada di tempat umum di luar tempat acara. Stafnya melaksanakan tugas resmi yang tidak ditentukan dan menuduh pejabat Taiwan bertindak secara provokatif.  Akibatnya seorang diplomat China cedera.

Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan bahwa para pejabatnya mengetahui apa yang terjadi di dalam tempat tersebut, termasuk fakta ada kue yang menampilkan bendera Taiwan. Beijing menganggap hal tersebut sebagai salah karena Taiwan adalah bagian dari China, dan bukan sebagai sebuah negara. "Bendera nasional palsu dipajang secara terbuka di tempat kejadian, kue itu juga ditandai dengan bendera nasional palsu," kata juru bicara Zhao Lijian.

Hingga berita ini dimuat di BBC, polisi Fiji tidak memberikan komentar atas penyelidikan tersebut. China memang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Namun, para pemimpin Taipei berpendapat Taiwan adalah negara yang berdaulat. Beijing telah lama mencoba membatasi aktivitas internasional Taiwan dan keduanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Pasifik.

Meskipun Taiwan secara resmi hanya diakui oleh segelintir negara, pemerintah yang dipilih secara demokratis memiliki hubungan komersial dan informal kuat dengan banyak negara. Taiwan berulangkali mengecam langkah China yang mengirimkan pesawat tempur ke wilayah mereka sebagai intimidasi. Sebaliknya China geram dengan langkah Taiwan yang menjalin hubungan mesra dengan AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement