Kamis 29 Oct 2020 17:36 WIB

Macron atau Islam yang Krisis? Sejarah Justru Berkata Lain 

Sejarah membuktikan justru krisislah yang tengah dihadapi Macron

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Sejarah membuktikan justru krisislah yang tengah dihadapi Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: AP/TF1
Sejarah membuktikan justru krisislah yang tengah dihadapi Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut bahwa Islam sebagai agama yang tengah mengalami krisis. Menanggapi hal tersebut, Dona Miles Mojab, seorang jurnalis kelahiran Iran yang menetap di Christchurch, Selandia Baru, mencoba meluruskannya dengan sejarah.

"Saya lebih baik mengatakannya sejelas mungkin sehingga tidak ada keraguan yang tertinggal di benak siapa pun," ujar Mojab dilansir dari stuff, Kamis (29/10).  

Baca Juga

Mojab menyatakan, dirinya sama muaknya atas aksi pemenggalan yang dilakukan pelaku terhadap seorang guru di Prancis. Ia juga menegaskan bahwa dirinya sama dengan yang lain, membenci kekerasan dan terorisme. 

"Saya sangat mengutuk pemenggalan keji Samuel Paty, seorang guru sejarah Prancis yang menunjukkan kepada siswanya karikatur Nabi Muhammad saat diskusi kelas tentang kebebasan berekspresi. Saya mengagumi Samuel Paty karena peka terhadap siswa Muslimnya. Dan tidak akan pernah ada alasan (pembenaran) untuk tindakan kejam yang mengerikan, tidak ada, nihil, nol," kata Mojab. 

Setelah memperjelas persepsinya terhadap kasus pemenggalan keji tersebut, Mojab juga ingin menambahkan pandangannya terkait pernyataan Macron, bahwa Islam dalam kondisi krisis.   

"Sebelum saya membahas pernyataan kontroversial Presiden Emmanuel Macron, izinkan saya untuk membawa Anda mengenang kembali sejarah, karena masa lalu adalah kunci untuk memahami masa kini," ungkapnya. 

Pada 1995, Prancis mengalami serangan Islam radikal yang menewaskan delapan orang dan melukai lebih dari 100 orang. Teroris kelahiran Aljazair, yang melakukan serangan bom metro, membawa perang saudara yang sedang berlangsung di Aljazair (pertarungan antara Islam dan militer) ke jalan-jalan penguasa kolonial mereka. Peristiwa itu menginspirasi generasi baru kelompok ekstrimis di Prancis yang dapat ditelusuri hingga pelaku pemenggalan guru tersebut.

"Ketika penembakan Charlie Hebdo terjadi lima tahun lalu, tidak mengejutkan saya bahwa terorisnya adalah Aljazair-Prancis. Sama seperti tidak mengejutkan saya melihat, dalam beberapa hari terakhir, posting twitter yang menunjukkan foto-foto tentara kolonial Prancis yang memegang kepala Muslim Aljazair," ungkap Mojab.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement