REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 1.000 pelari memeriahkan lomba lari Jogja 10K yang kali ini digelar dengan cara berbeda sebagai bentuk adaptasi di masa pandemi COVID-19. Lomba dilakukan “on route”dan virtual yang dapat diikuti di kota manapun.
“Event Jogja 10K ini hadir dengan hal yang baru dan insipiratif. Peserta sangat dimudahkan, mereka diperbolehkan berlari di rute resmi yang sudah ditetapkan atau berlari secara virtual,” kata Penanggung Jawab Jogja 10K Sentanu Wahyudi di sela pembukaan Jogja 10K di Yogyakarta, Kamis.
Kegiatan tersebut digelar selama empat hari bertepatan dengan libur panjang akhir Oktober yaitu dari Kamis (29/10) hingga 1 November.
Bagi peserta yang memilih berlari sesuai rute yang ditetapkan, Sentanu memastikan bahwa panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Peserta mendapatkan kelengkapan berupa jersey, masker, face shield, dan perlengkapan penunjang lainnya. Rute lari diawali dari Hotel Grand Inna Malioboro mengelilingu kota Yogyakarta sejauh 10 kilometer dan kembali ke tempat start.
“Event yang digelar di masa pandemi ini tentunya akan memberikan kesan tersendiri untuk peserta yang mengikutinya. Yang pasti, peserta harus berlari mengikuti protokol kesehatan yang ketat,” katanya.
Peserta yang sudah menyelesaikan “race” diwajibkan melaporkan hasilnya melalui aplikasi ke panitia untuk memperoleh medali.
Selain Jogja 10K, juga digelar Jogja Ultra Charity 264K yang menjadi bagian dari rangkaian acara sekaligus memeriahkan peringatan hari ulang tahun ke-264 Kota Yogyakarta.
Kegiatan tersebut diikuti 31 peserta terpilih yang masing-masing berlari sejauh 264 kilometer yang digelar sejak 28 Oktober hingga 1 November. Sebanyak 31 pelari tersebut akan berlari di rute Jogja 10K sebanyak 26 kali.
“Kegiatan ini didedikasikan untuk ulang tahun Kota Yogyakarta sekaligus menggalang donasi yang nantinya disumbangkan ke panti asuhan anak melalui Dinas Sosial Kota Yogyakarta,” katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi yang melepas peserta menyebut bahwa Jogja 10K dapat dijadikan contoh kegiatan olahraga di masa pandemi yang dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan ketat.
“Berolahraga di masa pandemi tetap dibutuhkan, tetapi harus disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” katanya.
Ia pun berharap, event tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi kesehatan masyarakat saja tetapi juga memberikan dampak pada perekonomian di Yogyakarta.