Ahad 01 Nov 2020 06:10 WIB

Menjadi Guru 'MODIIS' di Masa Pandemi

Keterpaduan antara kecerdasan dan keragaman inovasi menjadi inspirasi peserta didik

Titi Kadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Titi Kadi

Titi Kadi, M.Pd

(Dosen IAIN Samarinda dan Praktisi Pendidikan)

REPUBLIKA.CO.ID, Tantangan dunia pendidikan dimasa pandemi covid-19 menjadi fenomena yang menarik. Faktanya seluruh satuan pendidikan mau tidak mau harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Kreatifitas, inovasi dan penguasaan terhadap teknologi menjadi keharusan bagi tenaga pendidik (guru).

Guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang menarik, menantang, dan dapat menemukan pemahaman yang utuh terhadap mata pelajaran yang diampu. Tugas guru tidak hanya sekedar mengajar, namun juga membimbing, melatih, dan mendidik. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi yang mumpuni baik kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.

Tugas guru tidak sederhana, tidak hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer knowledge), akan tetapi harus memadukan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik. Sehingga peran guru menjadi role model bagi peserta didik dapat terwujud dengan baik. Karena guru merupakan sosok yang wajib digugu dan ditiru. 

Begitu berat beban seorang guru, sehingga peningkatan kualifikasi dan sertifikasi tidaklah cukup. Apalagi pengaruh budaya asing masuk tanpa batas. Pergaulan peserta didik diluar satuan pendidikan sulit terkontrol. Pengaruh teknologi smart phone yang sangat akrab dan digandrungi generasi millineal, menjadi tantangan berat bagi guru.

Terlebih lagi dimasa pandemi covid-19 saat ini, tantangan guru dalam mengelola pembelajaran diperlukan kreatifitas dan inovasi agar dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Yang biasanya dengan tatap muka secara langsung, sekarang guru dituntut menggunakan teknologi. Mau tidak mau, suka tidak suka guru harus menguasai alat pendukung pembelajaran. 

Oleh karena itu untuk menjawab tantangan kekinian sekaligus tuntutan futuristic diperlukan sosok guru MODIIS (Moderat, Inovatif dan Inspiratif).

 

Moderat

Selama ini, isu moderasi beragama menjadi perbincangan yang hangat. Kebijakan Direktorat Pendidikan Islam pun juga telah menyelesasikan naskah akademik untuk merealiasikan konsep besar Islam moderat sebagai aktualisasi visi Islam rahmatan lil alamin (ISRA).

Bukan tanpa alasan, kenapa moderasi beragama menjadi fokus Kementerian Agama khususnya terhadap pembinaan guru Pendidikan Agama Islam yang menjadi kewenangannya. Menurut Imam Syafe’i dalam tulisannya Guru MODIIS dan Masa Depan Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa guru moderat merupakan guru yang mampu memberikan pemahaman tidak tunggal dan tidak bersifat doktriner sehingga tidak mudah menganggap pandangan pihak lain menyimpang.

Apabila guru sudah tuntas dalam memahami konsep moderasi beragama, maka tidak mustahil peserta didik akan dapat memiliki pemahaman yang luas terkait toleransi dan perbedaan menjadi rahmat. Untuk menjadi seorang yang moderat harus memiliki pemahaman yang luas atau cerdas. 

Dengan demikian guru diharapkan dapat menjadi aktor utama dalam gerakan pengarusutamaan pendidikan Islam yang moderat. Mengutip pendapat Imam Safe’i (2020) bahwa guru memiliki pemahaman Islam yang moderat dengan dua jalur, yakni: moderasi wacana dan moderasi perilaku. Moderasi wacana menjadi strategi dalam penguatan sikap moderat mulai pemikiran dan ideologi dengan menampilkan sikap tawasuth dalam perjuangan menyebarkan Islam, terbuka terhadap ajaran, ideologi, kepercayaan, dan lain sebagainya. Sementara moderasi perilaku menjadi strategi dalam penguatan sikap moderat yang ditindaklanjuti dengan perilaku toleran terhadap pihak lain yang berbeda pandangan. 

Sikap tersebut apabila menjadi ruh dalam pembelajaran pada satuan pendidikan, maka peserta didik tidak akan memiliki pemahaman yang salah terkait kebangsaan, keberagaman dan keberagamaan.

Inovatif 

Hampir sembilan bulan lamanya pandemi covid-19 melanda dunia, sehingga aktifitas pembelajaran di kelas konvensional dialihkan ke kelas virtual. Kondisi ini belum terbayangkan sebelumnya. Namun kondisi ini harus dihadapi oleh tenaga pendidik. Suara keluhan terjadi di perkotaan maupun perkampungan. Apalagi infrastruktur jaringan internet belum merata dan kemampuan kepemilikan smart phone juga tidak semuanya memiliki. Dan yang menjadi kendala juga penguasaan teknologi oleh guru maupun peserta didik.

Kondisi tersebut dituntut untuk melakukan inovasi agar capaian pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Inovasi yang dilakukan melalui belajar cepat dalam membuat video pembelajaran yang menarik, penguasaan aplikasi pembelajaran yang telah tersedia, dan ada juga yang melakukan kunjungan (home visit). Dan begitu besar kepedulian guru untuk memastikan ketercapaian pembelajaran, guru rela mengelompokkan di rumah salah satu peserta didik dengan jumlah maksimal 10-15 orang secara bergiliran untuk mengajarkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Menurut prof. Herawati Susilo, M. Sc., Ph. D., pakar Pendidikan Universitas Negeri Malang, ada 7 (tujuh) kriteria guru yang inovatif, antara lain: a) Guru yang memahami benar profesinya, b) Guru yang rajin membaca dan menulis ide-ide cemerlang, c) Guru yang sensitif dengan waktu, d) Guru yang kreatif dan inovatif, e) Guru yang dapat menjadi teladan, f) Guru yang memiliki tanggung jawab sosial, g) Guru yang memiliki ikatan moral terhadap muridnya.

Inovasi guru dimasa pandemi covid-19 dituntut untuk menumbuhkan peserta didik memahami mata pelajaran yang diberikan. Bahkan yang sulit juga ketika harus praktek, dan unjuk kerja yang menjadi aspek penilaian dalam pembelajaran. Maka sangat penting ada penyesuaian kurikulum di masa pandemi agar optimalisasi pembelajaran masih dapat terlaksana dengan baik. Guru tidak hanya memberikan tugas, ceramah, akan tetapi juga harus memberikan contoh kepada peserta didik. Oleh karenanya inovasi guru dalam mengemas pembelajaran secara teori maupun praktek harus dibuat dengan kreatifitas dan inovasi yang tinggi.

Guru kreatif dan inovatif selalu melakukan evaluasi diri (self evaluation), melakukan penelitian tindakan kelas, agar dapat memastikan problem pembelajaran yang dikelolanya. Serta ada tindak lanjut apabila ditemukan masalah dalam pembelajaran. Selalu ada inovasi baru yang diciptakan dalam proses pembelajaran. Dan tidak lupa mendoakan murid-muridnya semoga dibukakan hatinya ilmu yang manfaat dan berkah. Begitulah potret guru inovatif, yang dibutuhkan dunia pendidikan nasional sekarang. Karena peran strategis guru tidak bisa tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.         

Inspiratif  

Guru merupakan sosok yang diteladani, baik perkataan, perilaku dan nasehat yang diberikan kepada peserta didik. Karena guru menjadi role model dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran maka guru dituntut untuk dapat menemukan bakat dan minat peserta didik, agar menjadi sukses dimasa depannya.

Sejatinya peserta didik, mengidolakan guru di satuan pendidikan. Alasannya pun beragam, bisa jadi karena kecerdasannya, tutur katanya, akhlaqnya, cara berpakaiannya, dan karena nasehat-nasehatnya yang menyentuh qolbu peserta didik. Terkadang peserta didik juga berkesan dengan cara mengajar guru yang dapat membangkitkan semangat hidupnya. Inilah sebenarnya guru inspiratif yang dapat menjadi kenangan oleh peserta didik.

Guru inspiratif akan terus berupaya kepada peserta didiknya menemukan jati dirinya, semangat menyongsong masa depan, dan giat dalam belajar untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Doa dan harapan guru terus dipanjatkan agar kelak peserta didik dapat sukses dalam kehidupan.

Pastas saja kalau peserta didik sering menyebut-nyebut nama guru yang penuh inspiratif. Membekas dalam jiwanya, doa yang tulus terucap demi kesehatan dan keselamatan, pancaran keikhlasan yang dapat menembus jiwa agar kelak dapat mengisi perubahan zaman yang semakin ketat.

Profesi guru tetap akan selamanya menjadi seorang guru, namun peserta didik akan menjadi profesi apa saja yang penting manfaat. Dan peserta didik mampu mengoptimalkan taqdir yang diterimanya sehingga dapat hidup bahagia dunia dan akhirat. Itulah keberhasilan guru inspiratif, yang dapat menemukan jati diri peserta didik sejati.

Dimasa pandemi covid-19 seperti sekarang kehadiran sosok guru Moderat, Inovatif dan Inspiratif (MODIIS) sangat dirindukan oleh peserta didik. Keterpaduan antara kecerdasan, keragaman inovasi dalam pembelajaran  menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan peserta didik menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembelajaran.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement