REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dinilai selalu menjadi tulang punggung perekonomian di setiap negara. Salah satunya karena banyak menyerap tenaga kerja.
Hanya saja, Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyayangkan, UMKM di Indonesia kurang terintegrasi dengan korporasi besar. "Padahal mereka perlu penanganan arus kas lebih baik. Jadi sektor UMKM sangat penting, sehingga menjadi tulang punggung suatu negara dan tidak terkecuali Indonesia," ujar dia dalam diskusi virtual yang digelar UOB, Selasa (3/11).
Ia menambahkan, pembiayaan kepada UMKM masih menjadi tantangan. Meski pemerintah telah mengeluarkan sejumlah stimulus.
Memang, lanjut Enrico, pemerintah sudah mengatakan, dibandingkan Maret yang penyerapan stimulus masih di bawah satu persen, sekarang penyerapan stimulus sudah hampir 60 persen. "Tapi apakah semuanya untuk UMKM? Belum tentu, karena memang paling banyak penyaluran langsung kepada konsumen. Bantuan Rp 600 ribu per bulan bagi karyawan dalam empat bulan ini yang mengambil porsi paling banyak," kata Enrico.
Akses kredit ke bisnis UMKM masih sangat kecil. Baru disalurkan ke seperempatnya dari total UMKM.
Sektor pembiayaan di Indonesia ia lihat memang menantang meski di sisi lain juga memberikan kesempatan baik. Kalau bisa mengindentifikasi UMKM yang berpotensi dibandingkan negara lain, karena usia penduduk Indonesia yang lebih muda, itu merupakan suatu peluang.
"Riset menyebutkan, Indonesia pada 2024 dicanangkan menjadi 1 dari 4 kekuatan Asia yang akan muncul," kata dia.
Maka, lanjutnya, UMKM perlu melakukan transformasi teknologi. Ini demi meningkatkan konektivitas atau penjualan. Pada saat kenormalan baru datang, teknologi akan mendukung keberlangsungan UMKM.