REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Cinta Allah SWT kepada hamba-Nya lebih besar daripada cinta ibu kepada anaknya. Maka jangan ragukan lagi bahwa Allah SWT Dzat yang paling penyayang.
Imam Ibnu Katsir RA dalam menafsirkan surat Al-Ahzab ayat 43 yaitu:
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا "Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman", mengatakan:
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ وَصَبِيٍّ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّهُ الْقَوْمَ خَشِيَتْ عَلَى وَلَدِهَا أَنْ يُوطَأَ، فَأَقْبَلَتْ تَسْعَى وَتَقُولُ: ابْنَيِ ابْنِي، وَسَعَت فَأَخَذَتْهُ، فَقَالَ الْقَوْمُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَتْ هَذِهِ لِتُلْقِيَ ابْنَهَا فِي النَّارِ. قَالَ: فَخَفَّضهم رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال: "وَلَا اللَّهُ ، لَا يُلْقِي حَبِيبَهُ فِي النَّارِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas RA yang mengatakan bahwa Rasulullah bersama sejumlah sahabatnya bersua dengan seorang anak kecil di tengah jalan. Ketika ibu si anak kecil itu melihat adanya sejumlah orang dewasa yang akan melewati jalan tersebut, maka timbullah rasa khawatirnya akan keselamatan anaknya; ia khawatir anaknya akan terinjak. Lalu si ibu segera berlari memburu anaknya seraya berkata, "Hai anakku, hai anakku," lalu ia menggendong anaknya ke pinggir jalan.
Maka para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, wanita itu tidak akan mencampakkan anaknya ke dalam api."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah menenangkan mereka supaya berjalan agak pelan dan bersabda: Benar tidak, dan Allah tidak akan melemparkan kekasih-Nya ke dalam neraka.
Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur'an, Bandung, Ustadz Teguh Turwanto, mengatakan, sanad hadits ini dengan syarat Shahihain, dan tidak ada seorang pun dari pemilik kitab hadits Sittah yang mengetengahkannya.
Akan tetapi, di dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan melalui Amirul Mu-minin Umar bin Khattab RA yang telah menceritakan bahwa Rasulullah melihat seorang wanita dari kalangan para tawanan yang menggendong anak kecilnya, lalu menempelkannya pada dadanya dan menyusuinya. Maka Rasulullah bertanya:
"أَتَرَوْنَ هَذِهِ تُلْقِي وَلَدَهَا فِي النَّارِ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ؟ " قَالُوا: لَا. قَالَ: "فَوَاللَّهِ، لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا"
"Bagaimanakah pendapat kalian, apakah wanita ini tega mencampakkan bayinya ke dalam api, sedangkan ia mampu melakukannya?" Mereka menjawab, "Tidak." Rasulullah bersabda: "Maka Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya."
Ustadz Teguh menyampaikan, dari penjelasan tafsir di atas jelaslah begitu dahsyatnya cinta Allah kepada hamba-Nya yang Ia cintai. "Cinta Allah kepada hamba-Nya juga lebih besar dari pada cinta hamba-Nya kepada-Nya," katanya.
Sebagaimana penafsiran Imam Ibnu Katsir RA pada surat Ali Imran ayat 31 yaitu: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian."
Ibnu Katsir menulis: “Yakni kalian akan memperoleh balasan yang lebih daripada apa yang dianjurkan kepada kalian agar kalian mencintai-Nya, yaitu Dia mencintai kalian. *Kecintaan Allah kepada kalian dinilai lebih besar daripada yang pertama, yaitu kecintaan kalian kepada-Nya.”
Bagaimana caranya agar dicintai Allah?
Al-Baydhawi RA alam kitabnya Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil menafsirkan surat Ali Imran ayat 31 diatas yaitu: “Keyakinan tersebut (cinta hamba kepada Allah) akan menuntun pelakunya memiliki kemauan untuk taat kepada-Nya dan senang melakukan segala hal yang dapat mendekatkan dirinya kepada-Nya.”