REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Angka diabetesi bukan semakin menurun melainkan justru bertambah. Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, data International Diabetes Federation menunjukkan Indonesia berstatus waspada diabetes.
International Diabetes Federation mencantumkan Indonesia di urutan ketujuh dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi, yakni 10,681,400 orang per tahun 2020 dengan prevalensi 6,2 persen. Suastika mengatakan, angka ini diperkirakan meningkat jadi 16,7 juta pasien per tahun 2045.
"Dengan data tahun ini, satu dari 25 penduduk Indonesia atau 10 persen dari penduduk Indonesia mengalami diabetes,” kata Suastika dalam acara World Diabetes Day 2020, “Bersama Diabetasol, Sayangi Dia”, Selasa (3/11).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 10,9 persen dan diprediksi juga akan terus meningkat. Kondisi ini akan mempersulit proses pengendalian dan pengelolaan diabetes.
Suastika mengatakan, kasus paling banyak di Indonesia adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Jika melihat angkanya yang sangat besar, artinya setiap orang memiliki kerabat, teman, atau bahkan keluarga yang mengalami penyakit diabetes.
Suastika menyerukan agar semua orang sadar dengan kondisi dirinya sendiri. Setiap orang perlu mengetahui gejala klasik diabetes yang bisa didiagnosis dari awal adalah banyak minum, banyak kencing, juga berat badan yang turun drastis.
Bagi diabetesi, penting untuk mengecek kadar gula darah secara rutin melakukan pencegahan, terlebih saat pandemi Covid-19 sekarang ini. Suastika menyebut, diabetes bisa dicegah dan dilawan dengan gaya hidup tepat.
"Perhatikan pola makan diabetes, pola makan sehat dan gizi seimbang serta nutrisi untuk diabetes, aktivitas fisik dan olahraga, setop merokok, dan itu semua berlaku bukan hanya bagi diabetesi tapi juga penyakit lainnya," kata Suastika.