Kamis 05 Nov 2020 19:00 WIB

Sekolah Belajar Tatap Muka, Lakukan Rapid dan Swab Test

Usia sekolah kondisi imunnya baik, tapi jangan mengabaikan risiko Asymptomatic.

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
Guru mengecek suhu tubuh siswa sebelum pembelajaran tatap muka di SMPN 1 Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (14/10). Dinas Pendidikan Klaten menunjuk lima sekolah menengah pertama untuk ujicoba pembelajaran tatap muka. Setiap kelas hanya berisi 10 siswa dan menggunakan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Sesi tatap muka berlangsung selama satu jam. Pada pekan pertama diberikan materi tentang Covid-19, pekan kedua materi pembelajaran teknologi informasi. Dan memasuki mata pelajaran pada pekan ketiga. Pembelajaran dimulai pukul 07.00 hingga 08.00 untuk kelas 7, pukul 08.00 hingga 09.00 untuk kelas 8, dan 09.00 hingga 10.00 kelas 10.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Guru mengecek suhu tubuh siswa sebelum pembelajaran tatap muka di SMPN 1 Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (14/10). Dinas Pendidikan Klaten menunjuk lima sekolah menengah pertama untuk ujicoba pembelajaran tatap muka. Setiap kelas hanya berisi 10 siswa dan menggunakan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Sesi tatap muka berlangsung selama satu jam. Pada pekan pertama diberikan materi tentang Covid-19, pekan kedua materi pembelajaran teknologi informasi. Dan memasuki mata pelajaran pada pekan ketiga. Pembelajaran dimulai pukul 07.00 hingga 08.00 untuk kelas 7, pukul 08.00 hingga 09.00 untuk kelas 8, dan 09.00 hingga 10.00 kelas 10.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah telah melakukan uji coba sekolah tatap muka di beberapa sekolah. Terkait hal ini, legislator Partai Gerindra Provinsi Jawa Tengah mengingatkan agar standar protokol kesehatan (prokes) ditingkatkan demi keamanan siswa dan guru di lingkungan sekolah.

Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Jawa Tengah, Yudi Indras Wiendarto, mengatakan pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah tetap dihantui kecemasan akan risiko penularan Covid-19. Hal ini cukup beralasan seiring dengan masih meningkatnya jumlah kasus Covid 19 di Jawa Tengah.

Dari pantauan yang ia lakukan, sekolah yang telah melakukan uj coba pembelajaran tatap muka memang telah menerapkan protokol kesehatan. Seperti menyiapkan tempat cuci tangan dan sabun, mewajibkan penggunaan masker hingga menyiapkan layout pengaturan jarak fisik dan sebagainya.“Namun itu semua belumlah cukup untuk menhilangkan kecemasan atas risiko penularan Covid-19,” katanya, Kamis (5/11).

Menurutnya, usia sekolah memang memiliki kondisi imun yang cukup bagus, namun jangan pernah mengabaikan risiko Asymptomatic. “Rata- rata anak dan usia muda itu kan imun tubuhnya bagus. Bisa jadi terpapar Covid 19 namun tidak menimbulkan gejala apa- apa dan bisa menularkan ke orang lain,” tegasnya.

Oleh karena itu, anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah ini mendesak Pemprov Jawa Tengah, Pemprov Jawa Tengah untuk meningkatkan prokes dengan melaksanakan rapid test dan swab bagi siswa maupun guru di sekolah yang telah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.

Hal tersebut, menurutnya, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan Covid-19 di lingkungan belajar. Sebab kelihatanya siswa atau guru di sekolah baik- baik saja, tapi bisa jadi yang terpapar malah keluarganya di rumah.

Maka sebagai antisipasi, swab dan rapid test ini mesti dilakukan dan dilakukan secara kontinyu. “Dan saya minta hal ini juga menjadi perhatian besar Gubernur Jawa Tengah,” tegasnya.

Yudi juga mengungkapkan, langkah yang mesti dilakukan --dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan—berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan. Perihal anggarannya bisa saja diambilkan dari dana BOS.

Karena kebutuhan rapid test maupun swab tersebut bisa masuk dalam instrumen penyelenggaraan pendidikan di tengah situasi pandemi. Swab maupun rapid test memang tidak harus dilakukan tiap hari, namun bias dilakukan secara berkala misalnya dalam waktu dua pekan sekali.

Jika ada anak yang hasil tes nya reaktif atau bahkan positif maka mesti dilakukan penanganan kesehatan dan pencegahan penularan secepatnya agar tempat pendidikan tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Berdasarkan data dari corona.jatengprov.go.id, jumlah kasus Covid 19 di Jawa Tengah per 5 November ini mencapai 38.227 kasus. Sebanyak 3.687 orang dirawat di rumah sakit, 2.711 orang meninggal dan 31.829 orang sembuh. Sementara angka suspek mencapai 4.250 kasus.

Melihat angka itu, Yudi tetap meyakini pembelajaran daring masih menjadi opsi terbaik. Pembelajaran tatap muka bisa mulai dilakukan setelah Pemerintah Pusat siap menyediakan vaksin. “Sehingga tidak akan terjadi penyebaran Covid-19 di sekolah,” tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement