REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangladesh menandatangani kesepakatan dengan Serum Institute of India pada Kamis untuk membeli 30 juta dosis kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca. Vaksin eksperimental produsen obat asal Inggris itu dipandang sebagai salah satu kandidat paling maju dalam perlombaan melawan SARS-CoV-2, virus corona tipe baru yang menjadi penyebab Covid-19.
"Kapan pun vaksin siap, Serum Institute akan memberi kita 30 juta dosis pada tahap pertama," kata Menteri Kesehatan Bangladesh Zahid Maleque kepada wartawan setelah kesepakatan ditandatangani di Dhaka.
Maleque mengatakan, lima juta dosis vaksin per bulan akan dibeli melalui pembuat obat Bangladesh, Beximco Pharmaceuticals. Dengan begitu, Bangladesh akan dapat memvaksinasi 15 juta orang.
"Dua suntikan vaksin diperlukan untuk setiap orang dengan jarak 28 hari," kata Maleque.
Menurut Maleque, Serum Institute akan menyediakan vaksin dengan harga yang sama dengan yang dibayar India. Beberapa sumber mengatakan harga vaksin tersebut kemungkinan dipatok empat dolar AS (sekitar Rp 57 ribu) hingga lima dolar AS (sekitar Rp 71 ribu) per dosis.
Bangladesh sedang berada dalam pembicaraan dengan mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, untuk mengamankan dana bagi pembelian vaksin tersebut, kata pejabat pemerintah. Sementara itu, ada keraguan atas uji coba tahap akhir vaksin virus corona potensial buatan Sinovac Biotechd i Bangladesh setelah Dhaka menolak memenuhi permintaan perusahaan China tersebut soal pendanaan bersama.
Para ahli khawatir Bangladesh akan menghadapi lonjakan infeksi lain selama musim dingin. Negara Asia Selatan itu sejauh ini mengonfirmasi 416.006 kasus, termasuk 6.021 kematian.
The Serum Institute, perusahaan terbesar di dunia dalam jumlah produksi vaksin, telah bermitra dengan AstraZeneca, Gates Foundation, dan aliansi vaksin GAVI untuk memproduksi lebih dari satu miliar dosis vaksin Covid-19 untuk pasokan global. Lembaga itu sedang mengadakan uji coba untuk tiga vaksin virus corona potensial, termasuk satu yang dilisensikan ke AstraZeneca oleh University of Oxford.
AstraZeneca mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya menahan pengiriman sementara menunggu data dari uji klinis tahap akhir untuk memaksimalkan masa simpan persediaan. Produsen obat tersebut telah menandatangani beberapa kesepakatan pasokan dan manufaktur dengan banyak perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia.
Data pada Oktober menunjukkan bahwa vaksin tersebut menghasilkan respons kekebalan pada orang dewasa tua dan muda.