Jumat 06 Nov 2020 14:38 WIB

Musim Panen Dorong Pertumbuhan Positif PDB Pertanian

Tanaman pangan memiliki porsi antara 29-30 persen terhadap total PDB pertanian.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen padi menggunakan mesin di Gegesik, Cirebon, Jawa Barat, Ahad (25/10). Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, masih adanya sisa musim panen tanaman pangan pada kuartal III cukup berpengaruh pada laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pertanian nasional.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petani memanen padi menggunakan mesin di Gegesik, Cirebon, Jawa Barat, Ahad (25/10). Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, masih adanya sisa musim panen tanaman pangan pada kuartal III cukup berpengaruh pada laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pertanian nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, masih adanya sisa musim panen tanaman pangan pada kuartal III cukup berpengaruh pada laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pertanian nasional. Selain itu, sektor pertanian dinilai telah menjadi penyangga utama ekonomi nasional di masa pandemi karena menjadi altenatif lapangan pekerjaan saat ini.

"Memang masih ada sisa panen raya di kuartal sebelumnya sehingga itu memang memberian kontribusi positif," kata Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementan, Sudi Mardianto, kepada Republika.co.id, Jumat (6/11).

Baca Juga

Ia mengatakan, tanaman pangan memiliki porsi antara 29-30 persen terhadap total PDB pertanian. Itu sebabnya, musim panen padi amat berpengaruh pada laju pertumbunan ekonomi.

Selain itu, tanaman perkebunan juga punya porsi yang besar sekitar 40 persen tengah memasuki masa panen puncak pada semester kedua tahun ini. "Dari data yang saya cermati, periode Agustus-November produksi komoditas perkebunan memasuki puncak panen sehingga itu juga menjadi penyangga di sektor pertanian," katanya.

Sudi mengatakan, pada situasi krisis saat ini, sektor pertanian dalam negeri telah menjadi penyangga utama ekonomi nasional. Sebab, kebutuhan sarana produksi tidak perlu didatangkan dari luar negeri sehingga kegiatan produksi dari hulu bisa terus dijalankan.

Hal itu berbeda dengan sektor lain seperti industri pengolahan. Di mana, sebagian bahan baku perlu didatangkan dari impor disaat arus logistik yang tidak normal akibat pandemi. Berbeda dengan pertanian, sektor industri justru menghadapi situasi yang cukup berat.

"Alhamdulillah, situasi iklim kemarau basah itu juga memberikan kontribusi terhadap penyelamatan produksi kita itu jugalah yang membuat pertanian mampu tumbuh positif dan bisa back up PDB nasional," ujarnya.

Sektor pertanian masih mencatatkan laju pertumbuhan positif pada kuartal III 2020. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertanian tumbuh 2,15 persen secara year on year (yoy), namun terjadi penurunan tipis dari kuartal sebelumnya sebesar 2,19 persen.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2020 tercatat mengalami kontraksi hingga minus 3,49 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tersebut didominasi oleh kontribusi lima sektor, yakni pertanian, industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

Namun, dari kelima sektor itu, hanya pertanian yang masih tumbuh positif. Sementara, industri pengolahan tercatat minus 4,31 persen, perdagangan minus 503 persen, konstruksi minus 4,52 persen, serta pertambangan minus 4,28 persen.

Adapun, kontribusi PDB pertanian kuartal III terhadap total PDB nasional sebesar 14,58 persen. Kontribusi itu tercatat menurun dari kontribusi kuartal II yang tembus 15,46 persen. Namun masih lebih tinggi jika dibanding kuartal III 2019 yang hanya 13,45 persen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement