Rabu 18 Nov 2020 13:08 WIB

Muslim Pro Bantah Jual Data Pengguna ke Militer AS

Dewan Agama Islam Singapura mendorong Muslim hati-hati dengan Muslim Pro.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Pro Bantah Jual Data Pengguna ke Militer AS. Aplikasi Muslim Pro.
Foto: Tangkapan Layar
Muslim Pro Bantah Jual Data Pengguna ke Militer AS. Aplikasi Muslim Pro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembang aplikasi ponsel islami yang berbasis di Singapura, Muslim Pro, membantah tuduhan menjual data pribadi penggunanya kepada militer Amerika Serikat (AS). Pengembang aplikasi Bitsmedia ini mengatakan kepada The Straits Times, Selasa (17/11), mereka akan segera memutuskan hubungannya dengan mitra datanya.  

Aplikasi sholat Muslim yang populer itu dilaporkan akan memutuskan semua hubungan dengan perusahaan teknologi lokasi yang dilaporkan menjual data penggunanya ke militer AS. Menurut laporan Vice pada Senin, militer AS membeli informasi pribadi yang dikumpulkan dari aplikasi di seluruh dunia, termasuk Muslim Pro.

Baca Juga

Data yang dilaporkan dibeli termasuk informasi lokasi serta nama jaringan Wi-Fi yang terhubung dengan pengguna. Ketua komunitas Muslim Pro, Zahariah Jupary, membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan perlindungan dan penghormatan privasi pengguna mereka adalah prioritas utama Muslim Pro.

"Itu tidak benar. Sebagai salah satu aplikasi Muslim paling tepercaya selama 10 tahun terakhir, kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah membagikan informasi identitas pribadi apapun," kata Zahariah, dilansir di 5 Pillars UK, Rabu (18/11).

Dia mengatakan, pengembang aplikasi ini telah menggulirkan penyelidikan internal dan tengah meninjau kebijakan tata kelola datanya untuk mengonfirmasi semua data pengguna ditangani dengan benar. Vice melaporkan, militer AS membeli data Muslim Pro melalui broker data pihak ketiga yang disebut X-Mode.

Zahariah lantas mengatakan, Muslim Pro baru mulai bekerja sama dengan X-Mode empat pekan lalu. Namun, sejak itu mereka menghentikan kerja sama apapun dengan perusahaan tersebut dan juga mitra data lainnya.

Dewan Agama Islam Singapura (Muis) mendorong komunitas Muslim agar berhati-hati saat menggunakan aplikasi tersebut. Muis menambahkan, umat Muslim agar berhati-hati termasuk tentang informasi identitas pribadi yang mereka ungkapkan, syarat dan ketentuan khusus yang menyertai penggunaan aplikasi, dan konten yang disediakan aplikasi tersebut.

Muslim Pro didirikan oleh seorang non-Muslim Prancis, Erwan Mace, yang tinggal di Singapura. Aplikasi Muslim yang disebut paling populer di dunia ini diunduh lebih dari 98 juta kali di seluruh dunia.

Aplikasi ini memberi pengguna waktu sholat dan menunjukkan arah kiblat tergantung lokasi mereka. Aplikasi ini juga menyediakan rekaman audio Alquran dan pengingat bagi pengguna untuk beribadah dan membaca ayat-ayat Alquran tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement