Rabu 25 Nov 2020 12:02 WIB

Warga Sekitar Merapi Siap Hadapi Erupsi

Sejak ditetapkan siaga pada 5 November, aktivitas Merapi terus mengalami kenaikan.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Agus Yulianto
Relawan mengamati aktivitas Gunung Merapi di Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (24/11). Balerante menjadi salah satu desa yang terdampak saat erupsi 2010. Dan kini menjadi desa siaga bencana Gunung Merapi. Warga rentan lansia dan balita sudah berada di barak pengungsian. Dan juga di Balerante merupkaan titik pemantauan Gunung Merapi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Relawan mengamati aktivitas Gunung Merapi di Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (24/11). Balerante menjadi salah satu desa yang terdampak saat erupsi 2010. Dan kini menjadi desa siaga bencana Gunung Merapi. Warga rentan lansia dan balita sudah berada di barak pengungsian. Dan juga di Balerante merupkaan titik pemantauan Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Relawan Jalin Merapi, Sukiman Mohtar Pratomo mengatakan, warga di sekitar Gunung Merapi sudah siap menghadapi ancaman erupsi. Sejak ditetapkan menjadi siaga atau level III pada 5 November 2020, aktivitas Merapi terus mengalami kenaikan.

"Kalau Merapi meletus, kita sudah siap," kata Sukiman Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Republika secara virtual, Selasa (24/11).

Dia menyebut, warga sekitar Merapi sudah naik kelas, dalam artian, sudah dapat mengantisipasi dampak ancaman erupsi Merapi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Hingga saat ini, masih ada warga di sekitar Merapi yang belum mengungsi. Namun, katanya, warga ini sudah siap mengungsi jika status Merapi naik menjadi level IV atau awas nantinya.

Sukiman menuturkan, berdasarkan pengalaman erupsi Merapi pada 2006 lalu, warga mengungsi hingga tiga bulan lebih. Sementara, erupsi Merapi terjadi saat warga kembali dari pengungsian.

"Kalau nanti terlalu lama (mengungsi), repot. 2006 kita mengungsi karena lama warga kembali ke rumah, meletus dan ada yang meninggal. Ini trauma warga kalau kelamaan," tambahnya. 

Sehingga, erupsi tersebut mengakibatkan korban jiwa. Walaupun begitu, pelaksanaan evakuasi sudah siap dilakukan jika status Merapi menunjukkan akan terjadinya erupsi.

"Warga yang belum mengungsi ada yang di jarak aman. Belum mengungsi bukan karena kita tidak siap, tapi semua sudah kita siapkan seperti mobil untuk mengungsi. Sebagian besar belum mengungsi karena hemat tenaga," katanya.

Pihaknya bersama warga Merapi lainnya terus melihat perkembangan aktivitas Merapi melalui kanal resmi, seperti informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Sehingga, evakuasi dilakukan berdasarkan informasi dari BPPTKG tersebut.

"Kami inginnya mengungsi, tapi tidak diungsikan. Pada 2006, kami diungsikan dan 2010 masih sebagian diungsikan. Sekarang evakuasinya mandiri, tujuannya untuk selamat dari Merapi dan terhindar dari Covid-19," jelasnya.

Selain itu, dia pun meminta, pemerintah memberikan masker sejak dini kepada warga Merapi. Menurut Sukiman, masker ini menjadi utama saat adanya erupsi dan Covid-19.

"BPBD itu yang perlu disiapkan masker dulu, jangan menunggu Merapi meletus. Soal Merapi itu, masyarakat sebelum pandemi sudah biasa memakai masker (menghindari debu vulkanik)," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement