REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi covid-19 telah berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Aktivitas dan interaksi masyarakat terpaksa harus dibatasi untuk mencegah penularan virus korona. Imbasnya, roda perekonomian berjalan lambat. Berbagai usaha banyak mengalami kerugian, karyawan dirumahkan dan resesi terjadi.
Nato Dian, salah satu pelaku usaha pariwisata di Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu dari jutaan orang yang terdampak akibat pandemi covid-19. Sejak wabah korona terjadi Maret lalu, usaha penyewaan vila 99 miliknya di Cihideung otomatis tidak beroperasi.
Sejak pandemi berlangsung, dia mengaku, tidak ada wisatawan yang menyewa vilanya terlebih saat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan. Menurutnya, masyarakat khawatir tertular virus sehingga lebih memilih untuk tidak liburan.
Destinasi wisata dan penginapan-penginapan lainnya di kawasan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat ikut terdampak. Kondisi tersebut berlangsung selama awal pandemi hingga saat PSBB ketat diberlakukan di Bandung maupun di Jakarta.
"Terdampak sekali bidang pariwisata, seluruhnya tutup sampai bus pariwisata tempat pariwisata dan tukang asongan, jualan straberi. Gak ada kunjungan ke pariwisata otomatis penginapan gak ada, jangankan di Lembang, di Kota Bandung sepi," ujarnya.
Pria lulusan pesantren ini sempat khawatir dengan kondisi tersebut, apalagi dia banyak mendengar kemungkinan-kemungkinan terburuk menyangkut ekonomi akibat pandemi. Namun, dia berusaha berpikir positif bahwa terdapat hikmah atas bencana yang terjadi.
"Jadi, ketika menghadapi sebuah masalah besar, jangan katakan tuhan aku punya masalah besar tapi katakan hei masalah besar aku punya tuhan maha besar. Allah SWT tidak akan membiarkan hambanya kelaparan," ujarnya mengutip kata-kata tersebut.
Atas keyakinan tersebut, Nato pun mencari cara agar dapur bisa terus ngebul dan keluarga tetap ternafkahi dengan baik di masa pandemi covid-19. Salah satu yang dilakukan bersama teman-temannya yaitu membangun tempat usaha kopi bray di Cihideung.
Dia berharap, keberadaan tempat usaha kopi bray dapat meningkatkan ekonomi atau setidaknya bertahan di masa pandemi covid-19. Seiring dibukanya kafe, pengunjung yang datang relatif masih sedikit karena masih diberlakukannya PSBB oleh pemerintah.
Perlahan, seiring kebijakan PSBB transisi di Jakarta dan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Bandung dan Bandung Barat, aktivitas wisatawan mulai menggeliat kembali untuk berkunjung ke destinasi wisata khususnya di Lembang. Menurutnya, hal itu turut meningkatkan kedatangan wisatawan.
Dia pun mulai membuka kembali vila 99 yang sempat tutup dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, perlahan konsumen yang datang ke kopi bray mulai berdatangan dan membuat bisnis tetap bisa berjalan.
"PSBB dibuka mulai ramai lagi, hotel di Bandung tergantung Jakarta, orang Bandung mengandalkan Jakarta. Ramai yang datang ke kedai kopi bray dan vila," katanya.
Nato mengaku, turut mengadakan diskon bagi penyewa vila yang hendak menginap. Langkah itu dilakukan untuk menggaet konsumen dan ia mengatakan, penerapan protokol kesehatan pun harus dilakukan.
"Acara kantor, order (booking) sekarang dengan harga murah, nginapnya kapan saja sampai gitu, asal ada uang masuk. Sekiranya masuk, diambil," ungkapnya.
Menurutnya, salah satu usaha lain yang sedang dikembangkan yaitu pembuatan asesoris tanaman seperti rak yang dibuat dari pinus. Ia mengaku saat ini sedang mempelajari hal tersebut bekerjasama dengan teman-temannya.
"Alhamdulillah bertahan, tidak hanya dari vila saja. Ada unit usaha lain," katanya. Ia mengaku banyak permasalahan yang timbul akibat dampak pandemi covid-19. Namun begitu, Nato meyakini banyak hikmah yang dapat dijadikan pelajaran selama wabah tersebut berlangsung dan adanya imbauan untuk tetap di rumah.
"Alhamdulillah semakin sering solat dhuha sering di rumah, dekat dengan keluarga, anak anak bisa berinteraksi (di masa pandemi)," katanya.
Nato pun mengungkapkan bahwa Allah Swt tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya. Ia pun mengatakan Allah Swt akan memberikan jalan jika terus melakukan ikhtiar.
"Banyak bersyukur, kita masih bisa makan, masih berkehidupan banyak bersyukur karena dibaw:ah banyak untuk makan saja sulit," katanya.
Dia mengaku, kondisi pariwisata saat ini relatif mulai berjalan kembali meski dengan adanya kebijakan pembatasan. Menurutnya, secara umum pariwisata di Bandung Barat khususnya di Lembang belum normal seperti biasa.
"Alhamdulillah ngereyeuh (sedikit-sedikit ada), weekend banyak yang minum kopi. Bulan Desember di vila mau ada kegiatan dengan menerapkan protokol kesehatan," katanya.